Alkisah, ada yang membuat masalah di istana
permaisuri menjelang pemilihan Ratu Kepala yang baru. (Yang lama adalah
Ruqaiya yang didemo oleh para penghuni istana wanita karena dianggap
tidak bisa memimpin dengan adil). Masalah yang dibuat adalah meletakkan
banyak patung Krishna di dalam istana permaisuri, yang mana hal tersebut
adalah sesuatu yang terlarang.
Sebagian besar orang langsung
menuduh Jodha yang melakukannya. Mengingat dia satu-satunya yang
beragama Hindu di lingkungan istana wanita. As usual, hanya Amijaan dan
Ratu Salima saja yang tetap mempercayai Jodha.
Jalal mendengar
masalah ini dari pelayan istana. Jalal kesal sekali. Dia mengeluh urusan
para wanita ini membuat kepalanya hampir pecah ((emang begitu baaang
wanita...)). Jalal memutuskan untuk mengurus masalah ini. Dia ingin
mengetahui siapa pelakunya. Sebelum ini, raja tak pernah ikut campur
urusan istana harem. Itu adalah urusan kepala permaisuri. Tapi kali ini
Jalal tak mau tinggal diam. Apalagi tersangkanya adalah Jodha.
Sidang dibuka di istana harem. Jalal mengumpulkan seluruh istri-istrinya
dan para penghuni istana wanita. Maham Anga dan Ruqaiya langsung
menuduh Jodha di hadapan Jalal. Didukung pula oleh beberapa ratu yang
lain. Meskipun tidak ada bukti dan saksi yang dapat memberatkan Jodha.
Jalal sebenarnya sudah menengahi “Aku akan melakukan penyelidikan
terlebih dahulu. Aku pasti akan menemukan siapa yang meletakkan patung
Krishna di dalam istana ini dan pasti akan menghukumnya dengan hukuman
yang berat”.
Tapi Ruq ngeyel “tidak perlu lakukan penyelidikan
Baginda. Kami sudah tahu siapa yang melakukannya. Hanya dia yang bisa
memasuki harem dengan bebas. Karena dia adalah seroang ratu dan tidak
ada yang mencurigainya. Dan lagi hanya dia yang beragama Hindu disini”.
Jalal mengingatkan Ruq kalau dia tidak bisa menuduh orang begitu saja
tanpa bukti atau saksi. Menuduh oran tanpa bukti, bila tuduhannya salah,
akan ada hukumannya. Dan hukuman itu sangat berat, kata Jalal. Jodha
menyaksikan semua adegan itu dengan tenang dan diam saja.
Ruq
ngeyel lagi. Dia mempertanyakan mengapa Jalal tidak mempercayai, dia,
permaisurinya sendiri. Pelakunya adalah Ratu Jodha, kata Ruq.
Jalal mulai curiga ((atau sebenarnya sudah curiga dari awal)). Jalal
berkata “Apa maksudmu Ruq? Apa kau punya maksud tertentu? Kau adalah
orang yang mengurus harem, bukan Ratu Jodha. Tidak ada yang bisa masuk
tanpa seijin pengawal istana. Itu berarti yang melakukan adalah orang
dalam. Dan Jodha tidak berada di dalam harem”. ((kalo ada yg nanya lha
trus ratu jodha tinggal dimana?? Jawabannya saya juga tidak tahu))
Jalal melanjutkan “dan lagi, Ratu Jodha tidak sebodoh itu. Apa
untungnya kalo memang dia yang meletakkan semua patung Krishna itu di
dalam harem?? Itu justru akan menimbulkan masalah buat dia. Aku yakin
bukan Ratu Jodha pelakunya.”
Salah seorang ratu ada yang hendak
membantah perkataan Jalal. Jalal membentaknya sambil melotot “Diam
kalian semua!! Mengapa kalian ini mudah sekali diperdaya!! Aku akan
memenggal siapa yang ternyata melakukan ini. Aku pasti mengetahui siapa
pelakunya. Dan dia telah menghinaku dengan melakukan ini. Aku tidak akan
bisa memaafkan perbuatan ini. Terkutuk. Ini adalah perbuatan keji yang
menghina kerajaan dan martabat yang telah kubangun selama ini.” Jalal
tampak sengaja lebay marahnya. Dia pasti sudah tahu siapa pelakunya.
Ruq sekali lagi ngeyel. Dia memprotes kenapa raja tidak mau menerima
kenyataan. Dia mengatakan bahwa baginda sudah dibutakan oleh cintanya
pada Jodha. Jalal menatap Ruq dengan tenang namun marah ((pie kuwi? Ora
melototmelotot gitu loh maksudnyah hehe)). Dia bertanya mengapa Ruq
begitu bernafsu menuduh Jodha. “Kau membuatku curiga padamu, kau yang
sebenarnya telah melakukan hal ini dan menjebak orang lain untuk
perbuatanmu. Aku tidak percaya kau bisa melakukan hal sekeji itu. Kau
adalah seorang ratu, kau tidak pantas melakukan hal seperti ini. Aku
akan menunggu jawabanmu”
Jalal pergi sambil mengisyaratkan Ruq untuk mengikutinya. Ruq gelisah, tapi dia tetap harus menemui Jalal.
Di kamar Ruq, Jalal sudah menunggunya. Dengan membelakangi Ruq, Jalal
mulai menginterogasinya. Wajah Ruq nampak gelisah, bingung, takut. Dia
ngeri membayangkan Jalal marah. Ruq memberanikan diri bicara, dia
mengatakan bahwa Jalal sudah salah paham. Jalal mendekati Ruq “Kenapa
suaramu bergetar hebat setiap kali kau berbohong? Kau tak berani menatap
aku. Tatap aku Ruq!! Aku tahu kau selalu berusaha menyingkirkan semua
hal yang kau rasa akan menjadi penghalang bagimu. Apa ada yang salah
dengan perkataanku Ruqaiya?? Ayo lihat wajahku, kenapa kau menunduk?”
Ruq berusaha menjawab sambil ketakutan dan tidak berani menatap Jalal “Jalal, ini tidak seperti yang kau pikirkan…”
Jalal mulai melotot dan berteriak “Sampai saat ini kau masih berani berbohong??? Jangan menguji kesabaranku Ruqaiya!!.”
Ruq bergetar ketakutan melihat Jalal marah. Akhirnya dia menyerah dan mengakui perbuatannya.
Jalal semakin marah. Sambil menunjuk Ruq dia berbicara keras “Berani
sekali kau Ruqaiya!! Apa kau tahu dengan melakukan hal itu kau telah
menghinaku? Sudah lama aku bersabar kepadamu dan mengacuhkan
kelancanganmu! Kenapa kau tidak pernah menggunakan akal sehatmu! Aku
benar-benar kecewa pada perbuatanmu itu! Kali ini aku tidak akan
mengampuni perbuatanmu! Tidak akan!! Aku akan memberimu hukuman yang
akan membuatmu jera. Jangan kira kau bisa lolos kali ini, Ruqaiya! Sudah
tidak ada lagi kecocokan diantara kita ((yeeaahhhhh panggil hotman
paris!!)). Dan itu semua karena perbuatan bodohmu. Kalau kau bukan
permaisuriku, pasti aku akan ….. (tangan Jalal bergerak kesal seperti
hendak mencekik Ruq. Ruq menghindar ketakutan dan menangis) menyuruh
pengawal mencambukmu dan menyeretmu keliling Mughal!! Kenapa kau bisa
sebodoh ini Ruqaiya? Apa kau kira bisa mendapatkan cintaku dengan cara
kotor seperti ini? Kenapa kau begitu membenci Jodha, Ruqaiya? Apa
kebencianmu padanya begitu besar sehingga kau berani menghinaku juga??
Bersiaplah menerima hukuman!!”
Lalu Jalal pergi meninggalkan Ruq yang masih menangis ketakutan..
((ffiiuuhh, tarik napas lega ))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar