Rabu, 05 Agustus 2015

UMAR BIN KHATTAB The Series (Eps 2 Part 2)

Di Rumah Abul Hakam bin Hisyam.

Note: Nama aslinya Abul Hakam bin Hisyam, lebih kita kenal dengan Abu Jahal. Sejak sama-sama remaja Abu Jahal sudah suka mengolok-olok Muhammad. Pernah juga keduanya berkelahi, Abu Jahal kalah dan terkilir lututnya. Ia sangat dendam kepada Muhammad.

Abu Jahal pernah melamar Khadijah binti Khuwailid, tetapi Khadijah menolak lamaran tersebut. Beberapa bulan kemudian, Muhammad meminang Khadijah dan langsung diterima. Hati Abu Jahal semakin dengki kepada Muhammad. Setelah orang-orang lemah masuk Islam, Abu Jahal memproklamirkan dirinya sebagai preman Kota Makkah. Orang-orang dhuafa yang masuk Islam semua mendapat penyiksaan pedih dari Abu Jahal. Yasir dan Sumayyah mendapat siksa sampai meninggal di tangan Abu Jahal.

~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Selamat datang, Umar. Selamat datang keponakanku. Sini duduk sini. Bagaimana keadaan ayahmu?" kata Abu Jahal

"Ia baik."

"Kamu kesini ingin mengunjungi pamanmu atau ada maksud lain?"

"Dua-duanya, Paman"

"Kalau berkunjung, kau diterima. Apa kabar yang kau punya?"

"Beberapa percakapan yang kita dengar dan tidak suka. Aku tidak berpikir pamanku Abu Hakam tidak menyadarinya."

Abu Jahal mengangguk-angguk.

"Maksudmu Muhammad? Jika apa yang kita dengar benar, kita tidak punya apa-apa untuk menahannya sampai ia menunjukkan dirinya di khalayak ramai. Kita tidak tahu apa tujuannya. Dan juga tidak yakin dengan apa yang terjadi dengannya. Atau dia memulai panggilan dengan tujuan meningkatkan kekuatan untuk melawan kita dimana kita harus menghentikannya.

"Aku yakin Muhammad menyebarkan agamanya secara rahasia, mendekati hanya yang dia bisa percaya." kata Umar

"Mengapa dia tidak memulai dengan kita petinggi kaum Quraisy?" Umar tersenyum mendengar pertanyaan tersebut. "Dia telah benar menduga berarti. Demi Latta, kita tidak akan menerima apapun dari dia" lanjut Abu Jahal.

"Bahkan sebelum mendengar apa yang dia harus sampaikan?" tiba-tiba Abu Sofyan masuk memotong pembicaraan.

"Kita tidak perlu mendengar lebih dari apa yang kita dapatkan sekarang ini untuk melawannya. Sudah terlalu buruk baginya bahwa dia menolak agama nenek moyang kita. Padahal itu yang menjadikan kita tuan atas Bangsa Arab. Ketika dia menyatakan akan menjadi Nabi, dia mengatakan kita harus mengikuti dan taat padanya jika kita mau mematuhi Tuhan. Bagaimana kita bisa menerima seseorang dari Bani Hasyim sebagai pemimpin kita dan kita pengikutnya?

Bisakah kita biarkan ini terjadi? dimana kita bersaing dengan mereka untuk kehormatan dan supremasi? Apakah kita tidak menerima bani Hasyim sebagai pemimpin kita? Ia berkata: Aku tidaklah memintamu menaati aturan Bani Hasyim, tapi untuk menaati aturan Tuhan yang telah mengutusku sebagai Rasul kepadamu dan seluruh manusia."

Saat Abu Jahal sedang di puncak kemarahannya, tiba-tiba masuklah Ibu Amar, Sumayyah istri Yassir.

"Dan yang satu ini! Apakah dia termasuk pengikutnya? Apa kau pengikutnya, Sumayyah?" tanya Abu Jahal.

"Iya, ee maksudku, aku aku tidak mengerti apa yang kau inginkan tuan, sehingga aku memberi jawaban untuk menyenangkanmu." jawab Sumayyah takut.

"Ini wanita bijaksana yang ingin memberikan jawaban yang menyenangkan." kata Abu Jahal menerima minuman yang diantarkan Sumayyah sambil tertawa

"Bicaralah, jangan kuatir. Kau adalah pengikutnya bukan?" lanjutnya.

"Betul, tuan aku pengikutnya."

"Bagus, kemudian kami sebagai apa?"

"Dan kau juga wahai Tuan."

"Juga?"

"Manusia memiliki derajat yang berbeda Tuan. Kami adalah sekutumu dan jelas kami mengikutimu."

Abu Jahal puas dengan jawaban Sumayyah.

"Bukankah sudah kuberi tahu bahwa Sumayyah adalah wanita yang bijaksana?" katanya. Mendiang sepupu kami, Abu Hudzaifah melakukan hal yang tepat saat membebaskannya dan menikahkannya dengan sekutunya Yassir Al-Ansi."

Sumayyah menghampiri Umar untuk menambah menimuan tetapi Umar menolak. "Jangan kuatir. Jangan kuatir. Aku tidak butuh susu itu. terima kasih."

"Kau mengerti, keponakanku? Haruskah Muhammad menyeru manusia untuk mengikuti agamanya? minta kita bisa mematuhinya dengan cara kenabian, dan ia tetap bagian dari Bani Hasyim. Demi Latta, jika ia menyeru kita untuk ikut agamanya, kita akan memberikan jawaban yang sangat kasar. Sumayyah!! untuk makan malam ini, siapkan makanan dan panci bagi siapa saja yang datang. Siapkan makanan dalam jumlah besar, jangan irit."

"Baiklah, tuanku."

"Ikrimah, perintahkan budak kita untuk mengundang orang makan malam. Mereka harus mengundang, setiap tamu, orang yang lewat atau orang miskin. Jadikanlah kita yang pertama mengundang mereka."

~~~~~~~~~~~~~~~~~
NOTE:
Ikrimah bin Abu Jahl. Tak kurang kebencian yang ia kumandangkan pada Rosulullah. Tak pernah ia tertinggal dalam perang yang dilancarkan kaum kafir. Badar, Uhud, Khandaq,semua perang besar kecil diikutinya. Perang terakhir yang diikutinya adalah perang Khandaq. Ketika ia lari terbirit-birit setelah menantang duel satu lawan satu Ali Bin Abi Tholib, dan ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Amr bin Wud diluluhlantakkan oleh Sayyidina Ali.

Ikrimah melarikan diri ke Yaman. Namun istrinya yang sudah masuk Islam terlebih dahulu memohonkan perlindungan bagi Ikrimah. Rosul kita yang baik hati pun bersedia memberikan perlindungan. Berangkatlah istri Ikrimah mencari suaminya ke Yaman untuk diajak pulang.

Selepas kepergian istri Ikrimah, para sahabat membicarakan tentang kekejaman Abu Jahl dan Ikrimah. Rosulullah berdiri lalu berkata pada mereka, “Sesungguhnya Ikrimah bin Abi Jahal akan datang kepadamu dalam keadaan beriman dan berhijrah, maka janganlah kamu mencela ayahnya, karena mencela orang yang sudah mati dapat menyakitkan orang yang masih hidup, walaupun celaan itu tidak sampai kepada orang yang sudah mati.”

Sekembalinya dari pelariannya, ketika di hadapan Rosulullah Ikrimah bertanya mengapa ia dilindungi. Rosulullah menjawab: Untuk menyembah Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, melaksanakan shalat, membayar zakat, menunaikan puasa, dan berhaji di Baitullah.

Ikrimah tertegun dan bersedia masuk Islam.
~~~~~~~~~~~~~~~~~

------------------------------------------
------------------------------------------
TAHUN KE-3 KENABIAN

Di suatu sudut Kota Mekkah, tampak serombongan kaum kafir Quraisy sedang berjalan-jalan, digawangi oleh Abu Sofyan. Inspeksi mungkin. Sementara itu, dari kejauhan, di atas bukit, tampak beberapa kaum muslimin sedang melaksanakan solat berjamaah di tempat terbuka.

Kaum Kafir Quraisy sangat marah. Suasana seketika berubah menjadi tegang.

"Baahhh! Jadi laporan selama ini benar!! Namun tidak ada yang melihat dengan mata sendiri seperti ini. Jadi, begini kau beribadah.!!" Abu Sofyan meneriaki muslimin yang sedang solat berjamaah.

"Kita telah mendengar tentang Muhammad dan agamanya dimana dia meninggalkan agama nenek moyang kita. Awalnya hanya bisikan sekarang semakin terdengar. Sebagian kami mempercayainya, sebagian tidak. Betapa buruknya! Ternyata jumlah kalian sekarang banyak. Kami tak sadar terhadap apa yang terjadi, berpikir tidak terjadi apa-apa." lanjutnya.

Lalu majulah seseorang dari kaum Muslimin. Ia lah Sa'ad bin Abi Waqash. Orang ketiga yang memeluk Islam, dan orang pertama yang melepaskan anak panah di jalan Allah. Ia membalas perkataan Abu Sofyan dengan tenang dan tegas.

"Wahai Abu Sufyan, kami telah mencoba semampu kami supaya kau tidak melihat apa yang kau tak suka, dan tidak menghadapi tanggapan negatifmu. Oleh karena itu, kami memilih tempat ini untuk shalat. Kami lakukan ini sebagai ketaatan kepada perintah Rasulullah." kata Sa'ad

"Rasulullah?"

"Tuhan menghendaki kau melihat kami hari ini. Tinggalkan kami, sebagaimana kami menjauh dan kembalilah dengan keinginan baik kami." lanjut Sa'ad

"Kau jangan menanyakan apa yang kami lakukan dan kami tidak akan menanyakan apa yang kau lakukan" teriak salah seorang dari belakang.

"Hahaaa baik, baik. Hal yang aneh rupanya sedang terjadi. Abdullah bin Mas'ud, penggembala yang dipekerjakan oleh Uqbah bin Abi Muait, berbicara kepada petinggi Quraisy. Tempatkan dirimu pada tempatnya wahai kisanak!!!" teriak Abu Sofyan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~
Abdullah Bin Mas'Ud. Adalah sahabat yang pertamakali berani membacakan ayat Al-Qur'an di hadapan kaum bangsawan Quraisy. Kisah ini diceritakan oleh Zubair RA. Pada suatu ketika mereka sedang berkumpul di dalam majlis. Ketika mereka saling bertanya siapa yang berani memperdengarkan ayat Al-Qur'an di hadapan orang-orang Quraisy, Ibnu Mas'Ud langsung menyatakan kesanggupannya. Meskipun para sahabat mengkhawatirkannya karena ia tak punya sanak kerabat yang akan membelanya, ia tak gentar. Datanglah ia ke balai pertemuan para bangsawan suku Quraisy. Berdiri di hadapan mereka. Lalu mulai menderes.

Bismillahirrohmanirrohim
Arrahmaanu 'allamal qur'aana kholaqol insaana 'allamahuul bayaan
Wassyamsu wal qomaru bihudzbaaniwwannajmu wassyajaru yasjudaan..

Tanpa babibu begitu menyadari siapa dan apa yang sedang dilakukannya, langsung seluruh pembesar Quraisy yang hadir memukulinya hingga babak belur.

Ia kembali kepada para sahabat dan berkata. "Demi Allah, jika Anda masih membutuhkan saya untuk melakukannya lagi, saya akan melakukannya"

Maasyaallah.
~~~~~~~~~~~~~~~~~

back to film

Abu Sofyan masih berteriak-teriak marah. Saking marahnya sampai-sampai ia terlihat seperti sedang meloncat-loncat. Katanya, "kau ingin kami tidak menanyakan apa yang kau lakukan dan kau tidak menanyakan apa yang kami lakukan?? Baaahhh!! Dan kau Sa'ad, kau rela berteman dengan orang rendahan ini, padahal kau adalah Bani Zuhrah, Klan terhormat dari suku Quraisy!"

"Mereka lebih baik dariku" jawab Sa'ad bin Abi Waqash.

"Tidaak!! kau yang lebih buruk dari mereka." teriak orang di belakang Abu Sofyan.

Suasana makin memanas. Tampaknya kontak fisik tak akan dapat ditahan lagi. Meski demikian, Sa'ad masih berharap hal tersebut tidak terjadi.

"Tahan!! Tolong tinggalkan kami saja!"

"Tidak, demi Latta dan Uzza, kita tidak akan membiarkanmu sampai kami menunjukkan kekuatan kami dan kau meninggalkan kebodohan ini!!" jawabnya sambil mengambil batu dan melemparkannya ke arah kaum Muslim yang diikuti oleh anggota rombongan Quraisy yang lain.

Keributan kecil di atas bukit itu pun tak terelakkan lagi. Dan bagian yang paling menggelikan, di tengah-tengah keributan Abu Sofyan lari terbirit-birit sendirian menuruni bukit. Melarikan diri. Bbeeuuhh.

------------------------------------------

Di Rumah Yassir

Amar pulang dalam keadaan babak belur.

"Amar Siapa yang lakukan ini padamu nak?" tanya Sumayyah, Ibu Amar.

"Bukan siapa-siapa bu."

"Kau harus katakan kepada kami." kata Yassir, ayah Amar.

"Kita memberikan mereka sebanyak kita mengambil dari mereka. Aku tidak pernah mengganggu mereka." jawab Amar

"Siapa mereka?" tanya ayahnya.

"Abu Sufyan dan kelompoknya!"

"Siapa yang kau katakan?"

"Abu Sufyan dan Kelompoknya!"

"Abu Sufyan? Petinggi dari Bani Abd Syams? Siapa engkau berselisih dengan salah satu petinggi Quraisy, Amar??!!" kali ini ayahnya justru geram kepadanya. "Memberikan dia sebanyak apa yang dia berikan kepadamu katamu? Apa kau gila? kau tak ingat siapa kita??!"

"Tentu. kita bukan Quraisy, tetapi Bani Ans, dan kita sekutu dari Bani Makzhum. dan ibuku adalah budak wanita milik Abu Hudzaifah dari Bani Makzum. Aku ingat semuanya, Ayah. Tak pernah melupakannya! Petinggi Quraisy dan orang-orang mudanya telah mengingatkanku!" jawab Amar.

"Lalu kenapa kau berani...."

"Duduk ayah duduk. Dan kau juga, ibu. Dengar." kata Amar.

Lalu mulailah ia membacakan Qur'an kepada ayah ibunya.

A'udzubillahi minassyaithonirrojiim
Bismillahirrohmaanirrohiim

Waddhuhaa, wallaili idzaa sajaa..
Ma wadda'aka robbuka wama qola..

Demi Waktu Dhuha, dan demi malam apabila telah sunyi (gelap)
Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu.
Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan).
Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu,
lalu (hati) kamu menjadi puas.
Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.
Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.
Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya.
Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu sebarkan.

Kedua orang tua itu saling berpandangan. Mengerti sudah mereka apa yang dibela putranya, mengapa putranya bisa menjadi sedemikian berani menentang kaum pembesar Quraisy. Ajaran mulia yang mendobrak tatanan masyarakat saat itu. Ajaran yang mengajarkan tentang kesetaraan umat manusia di hadapan Tuhannya.

to be continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar