Jumat, 14 November 2014

13 November 2014,

Aku masih saja senyum-senyum sendiri mengingat percakapan kita malam kemarin. Yaa, sudah lewat dari 24jam, tapi aku tetap saja tersipu-sipu bila tak sengaja mengingatnya. Kau tak tau betapa senang hatiku kau gombali seperti itu.

Kuucapkan selamat ulang tahun dan sederet doa di hari ultahmu, dan kau berterimakasih padaku karena sudah bersedia jadi istrimu, bersedia menerima semua kekuranganmu. Kau bilang aku ini takdir terindah yang dikirim Allah langsung dari langit buatmu. Hihihi, kalau saja lampunya terang, pasti kau bisa lihat pipiku berseri-seri. Tapi kujawab dengan bercanda "wah mak gedebugg gitu ya", lalu kita tertawa bersama.
Aku menghitung umurmu, umurku, lalu usia pernikahan kita. Kau masih saja bilang bagaimana mungkin laki-laki sepertimu bisa mendapat istri seperti aku. Kau terus saja memujiku. Aku benar-benar bahagia malam itu. Kau juga meminta maaf atas segala hal yang kau anggap sudah melukaiku di masa lalu. Aku memang sengaja mengingatkanmu bagaimana kau sering sekali marah padaku. Bahkan sejak kita masih pacaran dulu. Kau jadi merasa bersalah..

Hihi, biar. Andai kau tau, ilmu ini kupelajari dari sinetron. Bahwa ketika kau sedang berada di puncak rasa cintamu, dan kau diingatkan betapa kau pernah melukai kekasihmu, kau akan begitu terdorong untuk mengganti semua luka itu dengan cinta. Kau tak tau kan aku curang?? Hihi. Yaa begitulah caraku menggenggam hatimu...semoga kau tak baca tulisanku ini sehingga trik ku ini tak ketauan olehmu.
Kau selalu bertanya padaku, mengapa aku begitu yakin mau jadi istrimu. Padahal semua wujud kegagalan ada dalam dirimu saat itu. Saat kita mulai kenal, hingga aku memutuskan mau menikah denganmu. Dan aku selalu saja menjawab "entahlah, aku hanya tak bisa membayangkan hidup dengan orang lain". Dan lalu kau akan menyangkalnya. Mengatakan aku bodoh. Tapi malam itu aku bilang "tapi rasanya makin hari aku makin cinta". Dan kau menatapku dan mengatakan "trimakasih ya, buat semuanya..aku selalu bersyukur pada Allah sudah mengirim kamu ke dalam hidupku."

Lalu kita mengenang masa-masa awal rumah tangga kita. Kau bilang "kita kumpulin uang 200, 300, 500 rupiah jadi beberapa ribu tiap hari". Kubilang "yaa dan aku masih ingat kau bikin pager di buku, 4 garis lalu dipalang, tiap malam sepulang jualan, untuk menghitung berapa rupiah kita dapat. Lalu untungnya kau serahkan padaku". Nampak sekali kau begitu takjub, lalu menyambung "kita bahkan tak berani bermimpi bisa beli mobil". Lalu kupeluk kau dan kubilang "Kita akan selalu mengenangnya sampai kapanpun. Kita akan menjadikan itu sebagai titik tolak kehidupan kita sehingga kita akan selalu mensyukuri setiap jengkal kemajuan yang kita capai. Kita akan selalu mengenang kebersamaan di kala sulit itu hingga kita akan selalu menjadi begitu sehati, seirama, dan kuat menghadapi apapun bersama-sama".

Malam itu aku bahagia sekali. Aku akan selalu berdoa untukmu, untuk kita, untuk anak-anak kita, semoga kita selalu bahagia bersama sama. Aku, Marpuah, malam itu berjanji dalam hatiku untuk selalu menemanimu dalam suka dan duka, selalu menjagamu dan menjaga cinta kita tak padam.


Next
Posting Lebih Baru
Previous
This is the last post.

0 komentar:

Posting Komentar