ditulis pada 20 April, 2011
Kata Mereka Aku Tidak Bekerja
Hmmm...
Aku masih teringat saja chat dengan seorang kawan kemarin. Kata-katanya sangat menggelitik emosi dan nalarku...
Haha...kata-katanya
begitu jujur dan lumayan memukulku dengan telak. Katanya, Salut sama
Nia yang bisa ikhlas untuk "tidak bekerja".
Meskipun sudah
diberinya tanda petik, frasa itu masih saja meninggalkan sebongkah rasa
yang aneh di hatiku. Aku ingat sekali tahun lalu aku membuat note
bertemakan sama. Dan saat itu aku masih melawan, berteriak, marah,
ketika aku digolongkan ke dalam golongan orang-orang yang "tidak
bekerja". Sekali lagi, meskipun diberi tanda petik sekalipun.
Agak
lama pula aku tak mendengar orang menyinggung-nyinggung hal ini lagi di
depanku. Lebih banyak yang bilang "ah, aku malah pengen kayak kamu.
ndak terikat oleh apapun. bisa nemenin anak full time". Aku percaya
bahwasanya kalimat-kalimat mereka itu sedemikian tidak jujurnya. Sekedar
membesarkan hatiku saja. Ada sih 1-2 orang yang masih dengan jujur
bilang "kowe ki pieee...sekolah duwur-duwur kok yo mung dodolan koyo
ngene...". Kalau dulu aku akan menangapinya dengan setengah murka,
marah, sakit hati, benci, setelah 3 tahun kemudian, aku hanya
menanggapinya dengan senyum (kadang, seringnya sih dengan 'prengutan').
Meskipun kalau dirasak-rasakne ya nyesek juga...
Jangan
disangka, aku tak pernah punya angan jadi wanita karir. Punya pekerjaan
yang bagus, gaji yang bagus. Punya kesempatan dikirim ke Portland, atau
stuttgaart, atau minimal ke singapura...Jangan dikira aku tak pernah
bermimpi jadi wanita karir yang tiap pagi bangun pagi, mandi pagi,
dandan lengkap dg sepatu hak tinggi dan bau wangi...haha..dan kalau
ibuku ditanya teman atau tetangga dia akan dengan bangganya mengatakan
"anakku masih di kantor".
Jangan disangka juga aku tak pernah
mengangankan punya suami yang punya karir dan jabatan bagus. Terpandang,
terhormat, pergi kemana-mana bawa mobil bagus, pakaiannya rapi lengkap
dengan sepatu fantofel merk mahal...meskipun sudah sejak kukenalnya 8
tahun yang lalu dia sudah menyatakan diri tidak akan hidup sebagai
pegawai. Dia akan hidup mandiri seberat apapun konsekuensinya. Dan
mempersilakan aku 'cari yang lain' kalau sekiranya itu akan berat
buatku. Wehh, dan aku tetap memilihnya (rasain lu!!).
Banyak
orang bilang hidup adalah pilihan. Bahkan kalimat itu adalah kalimat
favorit salah seorang dosenku, Life is Choice. Ah, sekarang aku tidak
percaya begitu saja dengan kalimat itu. Lalu siapa Justin Bieber 5 tahun
yang lalu...Siapa pula Norman Camaru bulan lalu...Apa dia pernah
membayangkan akan mendapat tawaran dibayar 1 milyar untuk menyanyi??
Padahal aku yakin sekali banyak orang diluar sana yang memiliki bakat
yang bagus, dan kerja keras yang tak kalah kerasnya...namun tak pernah
menjadi seperti mereka...Orang-orang yang merasa dirinya SUKSES masih
bisa menolak anggapan ini. Seperti banyak dipaparkan di buku-buku
psikologi pembangkit spirit, katanya, orang yang sudah bekerja keras
seumur hidupnya namun tak pernah menjadi "apa-apa" dikarenakan mereka
tidak tau caranya, dikarenakan mereka tidak punya intelegensi emosi,
dikarenakan mereka bla---bla---bla...
Ah,kutukupret itu
semua...haha!! Aku mulai percaya, Hidup adalah skenario besar Tuhan.
--banyak orang menganggap percaya takdir hanya terjadi kalau seseorang
sudah gagal kesana kemari. maka untuk menenangkan hatinya, dia akan
berusaha percaya bahwa itu adalah takdir--. Kalau tidak mengapa ada
Norman Camaru, Justin Bieber, Sinta Jojo...Dan mengapa pula ada kisah
seorang anak bernama Aditya dari Jombang, si anak umur 5 tahun yang
sudah menggantikan seluruh pekerjaan rumah tangga dan merawat ibunya
yang lumpuh...Apakah dia bisa memilih kehidupan yang lain??? Bahkan
pilihan-pilihan yang ku ambil dalam perjalanan hidupku ini pun karena
Tuhan menginginkan demikian.
So I'm here now. Aku di
rumah. bangun pagi-pagi untuk segera belanja, membantu ibuku masak,
bersih-bersih rumah, buka toko, mandikan iyas, nyuapin, nemenin dia maen
ini itu, kesana kemari, baru mandi minimal jam 9 pagi, seringnya lebih
sih. Dan suamiku, laki-laki biasa, bekerja sebagai pedagang, bahkan
dagangannya pun tak terlihat mewah. Kami tak punya mobil bagus (belum,
semoga), mobilku cuma mobil lama, itupun dikasih sama mertua...Suamiku
bahkan bangun dan mandi lebih siang dari aku. Kadangkala kalau tak perlu
keluar rumah malah gak mandi sampe luhur. hehe...
Aku disini.
Hidup sebagai orang biasa, sudah memutuskan untuk tak lagi mengangankan
dan menghayal yang bukan-bukan. Apalagi sampe pergi ke Portland di
Amerika sana yang jauhnya bukan main...
Aku berusaha
sebaaaanyak mungkin mensyukuri apa yang telah dan belum kucapai...Aku
masih harus banyak bersyukur, meskipun aku "tidak bekerja" kami masih
bisa mencukupi kebutuhan hidup kami. Aku masih harus banyak bersyukur
aku memiliki 2 orang tua (ibuku dan bapak-ibu suamiku) yang sama-sama
bisa mengurus diri sendiri, tak pernah sedikitpun merepotkanku dalam
urusan finansial atau apapun, bahkan kemapanan ekonomi mereka masih jauh
lebih baik daripada kami. Aku masih terus mensyukuri, bahwa aku bisa
menyisihkan sebagian uang untuk memikirkan masa depan anakku, berbagi
dengan saudara-saudara diluar sana, kadangkala menuruti lidah yang
pengen makan enak...atau beli baju baru, meskipun tak banyak dan tak
sering...(lebih sering menelan ludah). Tak apa, aku cukup bahagia
menyaksikan anakku tumbuh kian pintar. Aku cukup bahagia bisa menemani
dan menggendongnya seharian sewaktu dia sakit, takperlu ijin kesana
kemari dan pekewuh sama atasan. Aku cukup bahagia bisnis kami berjalan
dengan baik, dan kami bisa memikirkan pengembangan-pengembangannya...
Tentang
"bekerja" seperti orang-orang lain yang dianggap "bekerja", aku punya
harapan sendiri. Ya, kapan2 aku tetap berharap Tuhan memberikanku
kesempatan bisa bekerja diluar. Sesekali bosan juga rasanya punya rekan
bisnis yang samaa dari hari ke hari, dari bangun tidur sampai mau tidur
lagi. Tapi nantilah kalau Ilyas sudah sekolah. Mungkin aku coba nglamar
kerja jadi guru di sekolah anakku. Itung-itung ngirit transport, dan gak
usah repot musti nungguin atau antar jemput. Hehe...
Mengutip
kalimat Samuel Mulia di harian Kompas (lupa tanggalnya),judulnya
Nasibku Bukan Nasibmu. 2 orang yang sama-sama sakit kanker diobati
dengan cara yang sama, dengan biaya yang sama besarnya, dengan
dokter-dokter yang sama hebatnya, tapi yang 1 boleh mati dan yang 1
boleh sembuh. Lalu kau mau apa?? Marah pada Tuhan?? Rambut boleh sama
panjang dan sama hitam, tapi ketika sama-sama dibawa ke salon, knapa
punya kamu bisa jadi indah tapi punyaku tetep saja nggak "nendang"???
Allohummakfiniiy bi halalika 'an haromika. Waghniniiy min fadhlika amman siwaka...
Ya
Alloh Ya Rabb, cukupkanlah kami dengan rizkiMu yang halal saja, tanpa
berharap atas rizkiMu melalui jalan haram. Dan cukupkanlah kami merasa
kaya dengan keutamaan-keutamaan dariMu dari memohon kepada selainMu...
--------
Update:
6 Januari 2015. Bersyukuuuuuurrrr beribu kali dengan semua apa yang sudah maupun belum saya dapat. Merasakan bertubi-tubi pertolongan Allah yang seringkali datang di luar nalar.
Selamat Ulang Tahun yang ke-3 buat Kuda Sulung-nya Jawa Rental Mobil.
Baik-baik yaaa 11 bulan ke depan...puk puk
Selasa, 06 Januari 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jadi terharu.. . Jng slh bunda. Pekerjaan plg mulia ttp ibu tnh tngga.
BalasHapusJadi terharu.. . Jng slh bunda. Pekerjaan plg mulia ttp ibu tnh tngga.
BalasHapusBiya masih kecil ga keliatan bule malah ky cah india irunge .☺
BalasHapus