Beranda
N-J-A-P-A
Sinopsis Jodha Akbar
Tulisan Bebas
**di Kelas**
Ja : "hei nikita, nih buku yang kamu mau pinjem"
Jalal mengangsurkan sebuah buku tebal pada seorang gadis cantik.
Si gadis menyambutnya dengan ramah dan sejuta senyum. Haha, semua gadis juga begitu kalau liat si mister ipad man. Mana ada yang tidak.
Ni : "Jalal, makasih...."
Gadis yang dipanggil nikita itu mulai mendekati Jalal sambil mengeluarkan jurus flirting2. Awas lo mbak nanti ketliyer matanya.
Ni : "Ngomong2, ulang tahunmu sebentar lagi kan yah, apa rencanamu ganteng???"
((Gubraaaakkk, sosooorrrr mbaakk))
Gadis yang dipanggil nikita itu mulai mendekati Jalal sambil mengeluarkan jurus flirting2. Awas lo mbak nanti ketliyer matanya.
Ni : "Ngomong2, ulang tahunmu sebentar lagi kan yah, apa rencanamu ganteng???"
((Gubraaaakkk, sosooorrrr mbaakk))
Noooohh yg namanya Nikita...hobinya nyosoooorrrr keluarnya sekali aja yaaa Roseee...kalo sering2 bikin mencret |
Ja : (tersenyum tapi tidak tergoda hehehh) "Hhm, masih beberapa bulan lagi kan. Aku belum mikirin itu sih..."
Jalal mengalihkan pandangan ke jam tangannya.
Ja : "Anyway, aku duluan ya, mau main bola"
Ni : "Kutebak, kamu nanti bakal telat deh. Liat aja, nampaknya ada seorang fans baru yang ingin ketemu kamu.."
Jalal mengalihkan pandangan ke jam tangannya.
Ja : "Anyway, aku duluan ya, mau main bola"
Ni : "Kutebak, kamu nanti bakal telat deh. Liat aja, nampaknya ada seorang fans baru yang ingin ketemu kamu.."
Jalal tidak paham apa yang dimaksud Niki. Tapi ia mengikuti
arah mata Niki memandang. Ke pintu kelas. Wooaahhh, Jalal kaget. Tidak
mengharapkan melihatnya dengan geng nya, disini, di kelasnya, dilihat
oleh seluruh teman-temannya. Terutama setelah apa yang terjadi di antara
mereka dua hari yang lalu.
Jalal menemui mereka di depan pintu.
Ja : "Kamu mau apa sekarang?"
Jo : "Bicara denganmu secara pribadi"
Jo : "Bicara denganmu secara pribadi"
**di koridor**
Jalal mengamati gadis yang berdiri di depannya. Matanya
yang lembut itu.. bahkan dalam keadaan terpuruk seperti itu kedua mata
itu masih saja tampak sangat memikat. Bulu matanya yang panjang dan
lentik menghiasi sepasang kelopak berbentuk almond, indah sekali. Hanya
saja, kali ini mata itu tak memancarkan sinar yang indah seperti yang
biasanya ia lihat. Sinarnya tertutup oleh duka yang mendalam.
"Ck ck ck ck, sayang sekali..." batin Jalal melihat tatapan
penuh penyesalan itu. Nampak jelas kalau gadis ini kurang tidur 2 hari
ini. Mungkin dia bahkan tidak tidur sama sekali.
Sayang sekali?? Ya sayang sekali. Karena sejak dia
melangkahkan kaki menuju koridor itu, Jalal sudah menguatkan hatinya
untuk tidak termakan segala bentuk permohonan maaf ataupun
penyesalannya. Dia akan membuat gadis itu membayar kekalahannya. Jadi
sementara Jodha sibuk menjelaskan, menyatakan penyesalannya, Jalal
menyibukkan diri memandang dan membaca matanya.
Sampai tiba-tiba, Jodha mengeluarkan sesuatu dari
dompetnya. Kaget sekali dengan apa yang dilihatnya. Jodha mengeluarkan
beberapa macam perhiasan yang sudah rusak meletakkannya di atas telapak
tangannya.
"Sialan!!! Apa lagi ini", Jalal mengumpat dalam hati, mengira-ngira apa yang sedang gadis di depannya rencanakan.
Jo : "Ini gelang kaki kuno (lebih tepatnya gelang kakiku
waktu bayi wkwk), ini antingku yang udah cepot matanya, satunya udah
putus cantolannya, ini cincin yang udah ceklek jadi 2, seharusnya bisa
dapet harga yang lumayan. Tolong terimalah. Ini semua asli, ada
suratnya. Orangtuaku nggak akan sadar kalo ini semua hilang"
Ja : "Heh, kamu kira aku bakul gelang ya? Mentang2 kamu
pernah nonton pilem Jodha Akbar ada orang mirip aku nyamar jadi bakul
gelang trus sekarang aku juga kau suruh pura-pura jadi tukang emas
hahh??? ((Ngekek dewe authornya wkwkwk)) Nggak, aku nggak mau", dalam
hati Jalal bersyukur belum ada satu pun temannya yang datang dan melihat
semua adegan tidak masuk akal ini.
Jo : "Plis, aku nggak tau lagi darimana bisa dapat uang sebanyak itu untuk mengganti ipad mu...", dia mulai menangis.
Jalal mulai bingung melihatnya menangis. Jengkel mengapa dia menangis di depannya, dan di depan umum seperti ini.
"Aku nggak tauuuuu...hhhiiihhhh", dia mengibaskan tangannya dengan jengkel. "Kamu bawa saja itu semua ke broker atau entahlah itu urusanmu!!!"
Jo : "Tapi aku nggak bisa...aku nggak tau dimana bisa nukerin ini...pliiiss..."
Jodha memohon sambil menangis, bahkan tangisannya mulai terdengar lebih keras.
Jodha memohon sambil menangis, bahkan tangisannya mulai terdengar lebih keras.
Ja : "Heh, dengar!! AKU nggak mau terima ini!!!!", pelan tapi penuh tekanan. Tiba-tiba dia melihat beberapa teman nya dari klub sepak bola berjalan mendekati mereka. Jalal galau. Dia sudah bertekad tidak akan memaafkan Jodha dengan mudah. Tapi kalau teman-temannya melihatnya membiarkan gadis ini memohon-mohon padanya sambil menangis dan dia tetap tak peduli, bisa gawat. "Kita bicarakan ini nanti, mungkin di ruang AD", lanjutnya.
"Noo, plis jangan ke AD lagi.... Dia akan mendapat masalah
yang sangat besar dengan keluarganya. Ayahnya sedang tidak terlalu
sehat. Tolong...mengertilah...jangan hancurkan masa depannya....jangan
hancurkan hidupnya...tolong...", tiba-tiba Meera yang sedari tadi diam
jadi ikut ngomong, sambil mulai menangis juga.
Percakapan ini sekarang melebar. Melibatkan dua orang gadis
yang lain yang juga sedang menangis. Jengkel sekali karena dia sudah
setuju untuk berbicara secara pribadi. Kenapa sekarang temannya
ikut-ikutan rewel. Sementara itu, beberapa orang teman-teman Jalal yang
sedari tadi tidak terlalu peduli mulai tampak tertarik dengan keributan
kecil itu. Jalal mencoba menenangkan tiga orang gadis yang sedang
menangis?? Wohoo, pemandangan yang sangat menarik tentunya.
Ja : "BERHENTI BICARA KALIAN!!!! Aku nggak tau apa yang kalian inginkan..."
Jo : "Dengar Jalal, keluargaku baru saja membayar uang masuk universitas ini yang buat kami sangat berat. Mereka tak akan sanggup mengeluarkan uang sebanyak itu lagi. Tolong terimalah ini. Aku akan ngglesot di kakimu kalo itu bisa membuatmu puas, tapi tolong, jangan bawa lagi masalah ini ke AD...", Jodha mengulurkan perhiasan-perhiasan bobroknya sekali lagi, sambil menangis.
Ja : "Cukup!! Hentikan!!", Jalal ngeri membayangkan tiga
orang gadis menangis, gelesotan di kakinya di depan banyak orang. Ia
melihat teman-temannya sudah semakin dekat ke arahnya. Dia harus
melakukan sesuatu sebelum reputasinya tercoreng.
Ja : "Dengar, ok, aku akan melupakan masalah ini sekarang"
Jo : "hanya sekarang???"
Ja : ((huuugghhh juengkel)) "Yaaaa, nanti-nanti jugaa!!!", mulai marah karena menyadari taktiknya. Ia melihat mata yang mulai kembali bersinar pada gadis yang sedang berdiri di depannya.
Jo : "nanti???"
Ja : ((jengkel to the max)) "okay, lupakan semua yang sudah terjadi, ok??? Kamu tidak perlu membayar ganti rugi. Dah. Senang???"
Jo : "hanya sekarang???"
Ja : ((huuugghhh juengkel)) "Yaaaa, nanti-nanti jugaa!!!", mulai marah karena menyadari taktiknya. Ia melihat mata yang mulai kembali bersinar pada gadis yang sedang berdiri di depannya.
Jo : "nanti???"
Ja : ((jengkel to the max)) "okay, lupakan semua yang sudah terjadi, ok??? Kamu tidak perlu membayar ganti rugi. Dah. Senang???"
Yak akhirnya dengan seballl puuoolll dia mengatakannya!!!
Gimanapun juga, kejengkelan sementara ini masih lebih mending daripada
diejek teman-temannya sampai lulus atas tragedi adegan bollywood
digelesoti tiga gadis sambil menangis histeris. Hehehe..
Segera setelah mengumandangkan kalimat kekalahannya Jalal
pergi menjauh dari trio semprul itu. Sebelum teman-temannya bertanya
lebih banyak lagi dia harus segera menyelamatkan diri.
***Parkiran Motor***
"Bhahahaha,,, baasss, stop Jo, sakit perut nih...",
ketiganya tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya ketika Jodha
berusaha menirukan muka Jalal di koridor tadi.
"Ya Tuhan wajahnya lucu sekali. Antara jengkel sama kita
dan takut ketauan teman-temannya kalo dia lagi ngobrol penuh emosi
dengan kita..., dia takut dianggap tidak berperikewanitaan....hahahaha"
"Semua ini layak dilakukan guys...benar-benar layak. Melihat wajahnya yang bagai kebo dicocok hidungnya...hahaha", kata Payal.
"Kita harus mempertimbangkan untuk ikut casting sinetron
guys.... Bagus betul ekting kita...hahaha mungkin Ekta Kapoor bisa
mempertimbangkan kita untuk ikut main di Jodha Akbar,,,wkwkwk", kata
Jodha, disambut gelak tawa mereka bertiga.
Jalal benar sekali kalau dia mengira Jodha tidak tidur
beberapa malam ini. Masalah yang dihadapinya benar-benar serius dan
membuatnya tertekan. Jodha harus menemukan cara bagaimana supaya Jalal
mau mendengar kata-katanya. Selain itu Jalal harus membayar atas
sikapnya mempermalukan Jodha. Apalagi yang bisa dilakukannya untuk
memperoleh kedua hal itu sekaligus. Satu-satunya cara adalah dengan
memanfaatkan kelemahannya sendiri. Dan itu adalah harga dirinya dan nama
baiknya. Tepat sekali. Dengan membuatnya berada pada situasi yang sulit
menghadapi Jodha yang menangis memohon di depan publik, pilihannya
hanya satu, mengalah. Karena kalau tidak, akan tampak buruk sekali buat
dia, membuat seorang gadis hancur hidupnya. Dan sekarang Jodha berhasil
mencapai tujuannya. Setidaknya untuk sementara.
Jodha sudah naik ke atas motornya. Tapi mereka masih
tertawa saja. "Kamu keterlaluan Jodha", kata Meera sambil tetap tertawa
cekikikan. "Yaaa dia memang keterlaluan sekali", tambah Payal.
Tiba-tiba..... "ehhem ehem", ada suara berdehem di belakang mereka.
Tawa mereka terhenti tiba-tiba. Menoleh untuk mencari sumber suara. Lalu terkejut bukan kepalang. Ooops!!!!
Jodha sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik.
Dia bahkan sudah punya rencana B jika rencananya tidak berhasil.
Satu-satunya yang tidak direncanakannya adalah "bagaimana harus bereaksi
kalau drama nya ketauan!!!"
Disana, setengah meter dari tempat mereka, berdiri seorang
laki-laki dengan muka marah. Berjalan mendekati Jodha dengan sorot mata
tajam. Berdiri sangat dekat hingga Jodha bisa mencium aroma cologne
mahalnya.
"Kau pikir aku bodoh ya? Kau pikir aku tak tau apa yang kau lakukan di koridor tadi ha?", kata Jalal penuh marah.
Jodha diam tak menjawab. Dia sudah memutuskan untuk tidak
mempedulikannya. Tidak peduli pada interogasinya ataupun segala
intimidasi Jalal. Dengan cuek dia menyalakan motornya siap-siap pergi.
Tapi Jalal tidak berniat membiarkannya pergi tanpa penjelasan.
Dipegangnya handel motor Jodha. Sambil terus menatap Jodha marah.
Jo : (membalas tatapan matanya) "Apa lagi yang bisa
kukakukan. Apa yang sudah kulakukan mungkin berlebihan. Tapi tidak
dengan fakta yang mendasarinya. Keluargaku bukan seperti keluargamu. Aku
nggak bisa pulang dari kampus lalu tiba-tiba minta uang 40,000 rupee
begitu saja. Kalau kamu tetap menginginkan aku membayar ganti rugi
padamu, aku tidak punya jalan lain lagi selain menawarkanmu kembali apa
yang sudah kutawarkan tadi. Tanpa menangis, tentunya"
Ja : "Apa ini? Drama episode 2?? Aku nggak percaya kamu sama sekali"
Jo : "Dan aku nggak heran dengan itu..."
Tiba-tiba Meera menyahut. Dia tidak bisa berdiam diri lagi.
Perang ini sudah berjalan semakin lama dan tak nampak akan segera
berakhir. Meera khawatir Jalal akan membawa mereka ke AD lagi.
Mee : "Tidak, dia benar Jalal. Akulah yang menumpahkan teh
di atas meja karena ketidakhati-hatianku. Tapi Jodha menolak untuk
melibatkan aku dalam pertunjukan yang memalukan itu. Waktu kau menyeret
Jodha ke ruang AD aku sedang di klinik kampus untuk mengobati lukaku.
Lihatlah, ini, kau bisa lihat kan kakiku diperban", Meera menunjukkan
luka di kakinya.
Jalal memandangi kedua sahabat itu bergantian. Berusaha
menemukan kejujuran di sorot mata mereka. Bagaimanapun juga setelah
beberapa saat, dia merasakan bahwa mereka berbicara jujur. "Jadi ini
bukan sebuah aksi balas dendam -what goes around comes around- gitu??",
dalam hati Jalal berkata.
Tapi tentu tetap saja dia tak mau mengalah begitu saja.
"Seharusnya kau membawaku ke klinik untuk menunjukkan lukanya waktu itu.
Bukannya membuat adegan konyol dan bodoh seperti waktu itu"
Sebenarnya Jalal sudah tau jawaban apa yang akan diperolehnya. Tapi yah tetep aja, mending membela diri daripada diem kayak kambing congek.
Sebenarnya Jalal sudah tau jawaban apa yang akan diperolehnya. Tapi yah tetep aja, mending membela diri daripada diem kayak kambing congek.
Melihat Jalal membuang pandang ke arah lain, Jodha segera
tau kalau dia sudah memenangkan permainan ini. Lalu seperti biasa,
kebanggaannya pada diri sendiri yang seringkali sulit terkendali,
langsung saja membuatnya nyrocos menyudutkan musuhnya yang sudah kalah.
Jo : "Aku sudah bilang padamu tentang Meera. Tapi kau dan
teman-temanmu sibuk dan ngotot menuduhku. Lalu kamu tanpa peduli dan
tanpa mau mendengar aku, menggelandangku ke ruang AD bagai aku ini
koruptor ketangkep tangan KPK. Kamu nggak tau kan betapa malunya aku
waktu itu...", mukanya berubah. Kombinasi antara sedih, jengkel, malu
teringat kejadian dua hari yang lalu.
Bengong, nggumun, heran, Jalal hanya bisa diam. Heran
bagaimana bisa seseorang merasa menang dan kalah pada
saat yang sama. Membuat orang yang sudah mempermalukannya di depan umum,
merasakan bagaimana rasanya dipermalukan di depan umum, itu sungguh
menarik. Wajah sebal ketika dia mengucapkan pengakuan atas kekalahannya
jelas nampak. Membuat Jalal bingung antara harus merasa jengkel atau
geli melihat ekspresinya.
Jo : "Jadi aku boleh pergi sekarang?? Dan ya, tentang ipad
mu, aku benar2 sangat menyesal dan minta maaf", lalu menyalakan motornya
dan pergi begitu saja tanpa merasa perlu mendengar sepatah kata dari
Jalal.
Selama menjalani kehidupan kuliahnya yang penuh warna,
Jalal tentu saja sudah bertemu dengan berbagai model dan bentuk
mahasiswi. Ada yang pinter, ada yang blak-blakan, ada yang asal nyosor,
ada yang nepsong, ada yang cakep, ada yang pemberani, dan sebagainya.
Tapi, baru sekali ini dia melihat mahasiswi yang punya kombinasi
berbagai sifat mengagumkan. Cantik, pintar, pemberani, galak, ketus, dan
mulutnya yang tajam itu bener-bener minta dicium biar diem.
Eeeaaaaaa....bllep bleeppp...
"Dasar gadis yang aneh", gumamnya sambil berjalan pergi dan senyum-senyum sendiri.
"Dasar gadis yang aneh", gumamnya sambil berjalan pergi dan senyum-senyum sendiri.
***di perpustakaan***
Siang itu, Maan sedang di perpustakaan. Ada kuliah yang
dibatalkan. Maka pemuda yang rajin be!ajar dan suka menabung itu pun
bahagia punya waktu luang untuk dihabiskan di perpustakaan. Sambil
mempersiapkan bahan-bahan untuk acara debat antar kampus bisnis 2 minggu
lagi.
Sembari membawa buku dan mencari tempat duduk, dia melihat
Jodha sedang khusyuk membaca di ruang baca. Maan memutuskan untuk
mendekatinya, menyapanya.
Maan : "Halo Jodha"
Jodha melihatnya sekilas. Hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Lalu kembali ke buku dan catatannya lagi.
Maan bisa merasakan ketidakramahannya.
Maan : "Hei, aku minta maaf atas semua yang sudah terjadi di kantin minggu lalu. Aku jadi serba salah. Tapi kudengar sekarang semua sudah terselesaikan dengan baik. Aku senang."
Maan : "Hei, aku minta maaf atas semua yang sudah terjadi di kantin minggu lalu. Aku jadi serba salah. Tapi kudengar sekarang semua sudah terselesaikan dengan baik. Aku senang."
Jo : (sambil meletakkan bukunya, mulai berbicara serius)
"Maafkan aku Maan, karena kau merupakan bagian dari mereka, itu sudah
memberi aku cukup alasan untuk menjauhimu"
Maan menarik kursi duduk tepat di depan Jodha.
Maan : "Menghakimi sepihak?? Hanya karena seseorang sombong terhadapmu bukan berarti ia sombong juga terhadap semua orang. Kami hanya bercanda, sedikit berlebihan"
Maan : "Menghakimi sepihak?? Hanya karena seseorang sombong terhadapmu bukan berarti ia sombong juga terhadap semua orang. Kami hanya bercanda, sedikit berlebihan"
Jodha : "Dengan menyabotase penampilanku di panggung supaya
aku malu di depan orang sekampus?? Dengar Maan. Kalau aku sampai punya
label buruk untuk kalian, itu karena kalian memberiku cukup alasan untuk
itu!!"
Melihat sorot kemarahan di wajahnya, Maan tidak berniat untuk membela diri. Membiarkan Jodha dengan pikirannya sendiri.
Maan : "Jadi kau memang memberi label untuk kami. Boleh aku tau bagaimana pandanganmu tentang kami??"
Jo : (menatap dan tersenyum sinis. Senyum -kau-tak-akan-ingin- mendengarnya)
Maan : "Nggak papa. Katakan saja. Aku bukan banci. Aku ingin mendengarnya"
Jo : "Kamu benar2 mau mendengarnya? Baiklah. Kamu sih
lumayan baik Maan. Teman-temanmu yang lain aku tak terlalu ngerti. Tapi
ketua geng mu itu..."
Maan : (kaget) "Ketua geng?? Siapa? Jalal?" (Maan hampir
ngakak tapi ditahan) "aku jadi berasa di dalam komplotan penjahat
Jodha..."
Jodha : "Dia tu ya..gayanya udah persis Don di film The Godfather itu lho. Kami punya julukan buat dian. IPAD MAN!!"
Maan : (ngakakk) "Ipad Man?? Haha. Makin menarik. Teruskan..."
Jodha : "Hei, jangan bilang aku belum memperingatkanmu ya!!
Well, Jalal di mataku nampak seperti orang yang hobi berkompetisi,
egois, mudah marah, suka pamerrr. Dia punya perilaku
-aku-tak-pernah-salah-. Mungkin karena dia anak orang kaya yang biasa
dimanja. Tipikal anak-anak yang masuk universitas karena bapaknya kenal
pimpinan kampus. Orang yang membanggakan dirinya sendiri, tipikal
laki-laki kutukupret yang bangga phonebook nya bejubel nomor gadis2
cantik dan seksi, tipikal gondhes yang suka menghambur2kan uang
bapaknya, tipikal..."
Menyadari perubahan air muka Maan, ia tak melanjutkan
kata-katanya. Merasa agak kebablasen melampiaskan kemarahannya ke Jalal
pada Maan.
Maan : "Syukurlah Jalal tidak ada disini..."
Jo : "Kenapa?? Karena kalo iya dia akan menggelandangku ke kantor AD lagi??" Jodha berkata sinis.
Maan : "No. Hanya saja... dia pasti sangat sedih
mendengarnya. Jodha, kamu mungkin benar dengan penilaianmu bahwa dia
kaya, egois, dan agak mudah marah. Tapi penilaianmu yang lain tentang
dia, itu semua adalah penilaian yang keji"
Jodha diam. Masih tidak ingin peduli dengan pembelaan yang akan dilancarkan Maan untuk sahabatnya itu.
Maan : "Dengar Jodha. Kehidupan Jalal tidak semulus yang kau kira.
Dia, kehilangan ayahnya ketika dia masih berumur 12 tahun. Dia ambil
kuliah ini untuk mempersiapkan diri sebelum dia harus mengambil alih bisnis
keluarganya yang sekarang dikelola paman nya. Selain itu, dia masuk
universitas ini sama seperti aku dan kamu, lewat serangkaian ujian masuk. Dia, meskipun dia tak
menonjolkannya, juga berprestasi di banyak bidang, unggul di banyak mata
kuliah. Kamu tak akan membutuhkan waktu lama untuk membuktikan semua
kata-kataku"
Jodha terdiam. Tidak tahu mana yang harus dipercayainya. Kata-kata Maan, atau penilaiannya.
lanjuuut mbak... good job!
BalasHapusbikin sinopsis Jodha Akbar yg lucu lagi mbak... sampe mules bacanya wkwkwk....
Siiaaappp mbaak...hihi
Hapuswah ad si ntil.,,jgn muncul lg ya mba bikin gerah hahaha
BalasHapuslanjut mba aq slalu menati mu :*
Di lanjut y mbk. . . semangat!!!
BalasHapusThanx mbk… d tunggu lanjutannya ya.. Jgn lama2 donkkkk
BalasHapusdi tunggu lanjutannya ..:)
BalasHapusHahaha...iyaaa sabar yaaaa semua...
BalasHapusMbk. Lanjutannya manaaaaa
BalasHapusSabar semua...lagi liburan iniih..hihi
BalasHapusGOOD JOB>>>NEXT POSTING............PLEASEEEE
BalasHapusUdah ada kan mbaaa part 5 nya...
BalasHapus