Selasa, 23 Desember 2014

DAFTAR ISI :
Beranda
N-J-A-P-A
Sinopsis Jodha Akbar
Tulisan Bebas


**di Kelas**

Ja : "hei nikita, nih buku yang kamu mau pinjem"

Jalal mengangsurkan sebuah buku tebal pada seorang gadis cantik.
Si gadis menyambutnya dengan ramah dan sejuta senyum. Haha, semua gadis juga begitu kalau liat si mister ipad man. Mana ada yang tidak.

Ni : "Jalal, makasih...."
Gadis yang dipanggil nikita itu mulai mendekati Jalal sambil mengeluarkan jurus flirting2. Awas lo mbak nanti ketliyer matanya.
Ni : "Ngomong2, ulang tahunmu sebentar lagi kan yah, apa rencanamu ganteng???"
((Gubraaaakkk, sosooorrrr mbaakk))


Noooohh yg namanya Nikita...hobinya nyosoooorrrr
keluarnya sekali aja yaaa Roseee...kalo sering2 bikin mencret

Ja : (tersenyum tapi tidak tergoda hehehh) "Hhm, masih beberapa bulan lagi kan. Aku belum mikirin itu sih..."
Jalal mengalihkan pandangan ke jam tangannya.
Ja : "Anyway, aku duluan ya, mau main bola"
Ni : "Kutebak, kamu nanti bakal telat deh. Liat aja, nampaknya ada seorang fans baru yang ingin ketemu kamu.."

Jalal tidak paham apa yang dimaksud Niki. Tapi ia mengikuti arah mata Niki memandang. Ke pintu kelas. Wooaahhh, Jalal kaget. Tidak mengharapkan melihatnya dengan geng nya, disini, di kelasnya, dilihat oleh seluruh teman-temannya. Terutama setelah apa yang terjadi di antara mereka dua hari yang lalu.
Jalal menemui mereka di depan pintu.
Ja : "Kamu mau apa sekarang?"
Jo : "Bicara denganmu secara pribadi"


**di koridor**

Jalal mengamati gadis yang berdiri di depannya. Matanya yang lembut itu.. bahkan dalam keadaan terpuruk seperti itu kedua mata itu masih saja tampak sangat memikat. Bulu matanya yang panjang dan lentik menghiasi sepasang kelopak berbentuk almond, indah sekali. Hanya saja, kali ini mata itu tak memancarkan sinar yang indah seperti yang biasanya ia lihat. Sinarnya tertutup oleh duka yang mendalam.

"Ck ck ck ck, sayang sekali..." batin Jalal melihat tatapan penuh penyesalan itu. Nampak jelas kalau gadis ini kurang tidur 2 hari ini. Mungkin dia bahkan tidak tidur sama sekali.
Sayang sekali?? Ya sayang sekali. Karena sejak dia melangkahkan kaki menuju koridor itu, Jalal sudah menguatkan hatinya untuk tidak termakan segala bentuk permohonan maaf ataupun penyesalannya. Dia akan membuat gadis itu membayar kekalahannya. Jadi sementara Jodha sibuk menjelaskan, menyatakan penyesalannya, Jalal menyibukkan diri memandang dan membaca matanya.

Sampai tiba-tiba, Jodha mengeluarkan sesuatu dari dompetnya. Kaget sekali dengan apa yang dilihatnya. Jodha mengeluarkan beberapa macam perhiasan yang sudah rusak meletakkannya di atas telapak tangannya.

"Sialan!!! Apa lagi ini", Jalal mengumpat dalam hati, mengira-ngira apa yang sedang gadis di depannya rencanakan.

Jo : "Ini gelang kaki kuno (lebih tepatnya gelang kakiku waktu bayi wkwk), ini antingku yang udah cepot matanya, satunya udah putus cantolannya, ini cincin yang udah ceklek jadi 2, seharusnya bisa dapet harga yang lumayan. Tolong terimalah. Ini semua asli, ada suratnya. Orangtuaku nggak akan sadar kalo ini semua hilang"


Kenalkan, nama saya Jalal, kerjaan sayaaa....jualan gelang....wkwkwk
Ja : "Heh, kamu kira aku bakul gelang ya? Mentang2 kamu pernah nonton pilem Jodha Akbar ada orang mirip aku nyamar jadi bakul gelang trus sekarang aku juga kau suruh pura-pura jadi tukang emas hahh??? ((Ngekek dewe authornya wkwkwk)) Nggak, aku nggak mau", dalam hati Jalal bersyukur belum ada satu pun temannya yang datang dan melihat semua adegan tidak masuk akal ini.

Jo : "Plis, aku nggak tau lagi darimana bisa dapat uang sebanyak itu untuk mengganti ipad mu...", dia mulai menangis.

Jalal mulai bingung melihatnya menangis. Jengkel mengapa dia menangis di depannya, dan di depan umum seperti ini.

"Aku nggak tauuuuu...hhhiiihhhh", dia mengibaskan tangannya dengan jengkel. "Kamu bawa saja itu semua ke broker atau entahlah itu urusanmu!!!"

Jo : "Tapi aku nggak bisa...aku nggak tau dimana bisa nukerin ini...pliiiss..."
Jodha memohon sambil menangis, bahkan tangisannya mulai terdengar lebih keras.


Jodha menemui Jalal di koridor diliatin orang-orang,
sambil ekting pasang muka melas....wkwkwk


Ja : "Heh, dengar!! AKU nggak mau terima ini!!!!", pelan tapi penuh tekanan. Tiba-tiba dia melihat beberapa teman nya dari klub sepak bola berjalan mendekati mereka. Jalal galau. Dia sudah bertekad tidak akan memaafkan Jodha dengan mudah. Tapi kalau teman-temannya melihatnya membiarkan gadis ini memohon-mohon padanya sambil menangis dan dia tetap tak peduli, bisa gawat. "Kita bicarakan ini nanti, mungkin di ruang AD", lanjutnya.

"Noo, plis jangan ke AD lagi.... Dia akan mendapat masalah yang sangat besar dengan keluarganya. Ayahnya sedang tidak terlalu sehat. Tolong...mengertilah...jangan hancurkan masa depannya....jangan hancurkan hidupnya...tolong...", tiba-tiba Meera yang sedari tadi diam jadi ikut ngomong, sambil mulai menangis juga.

Percakapan ini sekarang melebar. Melibatkan dua orang gadis yang lain yang juga sedang menangis. Jengkel sekali karena dia sudah setuju untuk berbicara secara pribadi. Kenapa sekarang temannya ikut-ikutan rewel. Sementara itu, beberapa orang teman-teman Jalal yang sedari tadi tidak terlalu peduli mulai tampak tertarik dengan keributan kecil itu. Jalal mencoba menenangkan tiga orang gadis yang sedang menangis?? Wohoo, pemandangan yang sangat menarik tentunya.

Ja : "BERHENTI BICARA KALIAN!!!! Aku nggak tau apa yang kalian inginkan..."

Jo : "Dengar Jalal, keluargaku baru saja membayar uang masuk universitas ini yang buat kami sangat berat. Mereka tak akan sanggup mengeluarkan uang sebanyak itu lagi. Tolong terimalah ini. Aku akan ngglesot di kakimu kalo itu bisa membuatmu puas, tapi tolong, jangan bawa lagi masalah ini ke AD...", Jodha mengulurkan perhiasan-perhiasan bobroknya sekali lagi, sambil menangis.

Ja : "Cukup!! Hentikan!!", Jalal ngeri membayangkan tiga orang gadis menangis, gelesotan di kakinya di depan banyak orang. Ia melihat teman-temannya sudah semakin dekat ke arahnya. Dia harus melakukan sesuatu sebelum reputasinya tercoreng.

Ja : "Dengar, ok, aku akan melupakan masalah ini sekarang"
Jo : "hanya sekarang???"
Ja : ((huuugghhh juengkel)) "Yaaaa, nanti-nanti jugaa!!!", mulai marah karena menyadari taktiknya. Ia melihat mata yang mulai kembali bersinar pada gadis yang sedang berdiri di depannya.
Jo : "nanti???"
Ja : ((jengkel to the max)) "okay, lupakan semua yang sudah terjadi, ok??? Kamu tidak perlu membayar ganti rugi. Dah. Senang???"

Yak akhirnya dengan seballl puuoolll dia mengatakannya!!! Gimanapun juga, kejengkelan sementara ini masih lebih mending daripada diejek teman-temannya sampai lulus atas tragedi adegan bollywood digelesoti tiga gadis sambil menangis histeris. Hehehe..

Segera setelah mengumandangkan kalimat kekalahannya Jalal pergi menjauh dari trio semprul itu. Sebelum teman-temannya bertanya lebih banyak lagi dia harus segera menyelamatkan diri.


***Parkiran Motor***

"Bhahahaha,,, baasss, stop Jo, sakit perut nih...", ketiganya tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya ketika Jodha berusaha menirukan muka Jalal di koridor tadi.

"Ya Tuhan wajahnya lucu sekali. Antara jengkel sama kita dan takut ketauan teman-temannya kalo dia lagi ngobrol penuh emosi dengan kita..., dia takut dianggap tidak berperikewanitaan....hahahaha"

"Semua ini layak dilakukan guys...benar-benar layak. Melihat wajahnya yang bagai kebo dicocok hidungnya...hahaha", kata Payal.

"Kita harus mempertimbangkan untuk ikut casting sinetron guys.... Bagus betul ekting kita...hahaha mungkin Ekta Kapoor bisa mempertimbangkan kita untuk ikut main di Jodha Akbar,,,wkwkwk", kata Jodha, disambut gelak tawa mereka bertiga.


Trio KWEK KWEK Hyderabad

Jalal benar sekali kalau dia mengira Jodha tidak tidur beberapa malam ini. Masalah yang dihadapinya benar-benar serius dan membuatnya tertekan. Jodha harus menemukan cara bagaimana supaya Jalal mau mendengar kata-katanya. Selain itu Jalal harus membayar atas sikapnya mempermalukan Jodha. Apalagi yang bisa dilakukannya untuk memperoleh kedua hal itu sekaligus. Satu-satunya cara adalah dengan memanfaatkan kelemahannya sendiri. Dan itu adalah harga dirinya dan nama baiknya. Tepat sekali. Dengan membuatnya berada pada situasi yang sulit menghadapi Jodha yang menangis memohon di depan publik, pilihannya hanya satu, mengalah. Karena kalau tidak, akan tampak buruk sekali buat dia, membuat seorang gadis hancur hidupnya. Dan sekarang Jodha berhasil mencapai tujuannya. Setidaknya untuk sementara.

Jodha sudah naik ke atas motornya. Tapi mereka masih tertawa saja. "Kamu keterlaluan Jodha", kata Meera sambil tetap tertawa cekikikan. "Yaaa dia memang keterlaluan sekali", tambah Payal.

Tiba-tiba..... "ehhem ehem", ada suara berdehem di belakang mereka.
Tawa mereka terhenti tiba-tiba. Menoleh untuk mencari sumber suara. Lalu terkejut bukan kepalang. Ooops!!!!

Jodha sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Dia bahkan sudah punya rencana B jika rencananya tidak berhasil. Satu-satunya yang tidak direncanakannya adalah "bagaimana harus bereaksi kalau drama nya ketauan!!!"

Disana, setengah meter dari tempat mereka, berdiri seorang laki-laki dengan muka marah. Berjalan mendekati Jodha dengan sorot mata tajam. Berdiri sangat dekat hingga Jodha bisa mencium aroma cologne mahalnya.

"Kau pikir aku bodoh ya? Kau pikir aku tak tau apa yang kau lakukan di koridor tadi ha?", kata Jalal penuh marah.


Angry Jalal. "Kau kira aku bodoh yaaaa ha???"
Jodha diam tak menjawab. Dia sudah memutuskan untuk tidak mempedulikannya. Tidak peduli pada interogasinya ataupun segala intimidasi Jalal. Dengan cuek dia menyalakan motornya siap-siap pergi. Tapi Jalal tidak berniat membiarkannya pergi tanpa penjelasan. Dipegangnya handel motor Jodha. Sambil terus menatap Jodha marah.

Jo : (membalas tatapan matanya) "Apa lagi yang bisa kukakukan. Apa yang sudah kulakukan mungkin berlebihan. Tapi tidak dengan fakta yang mendasarinya. Keluargaku bukan seperti keluargamu. Aku nggak bisa pulang dari kampus lalu tiba-tiba minta uang 40,000 rupee begitu saja. Kalau kamu tetap menginginkan aku membayar ganti rugi padamu, aku tidak punya jalan lain lagi selain menawarkanmu kembali apa yang sudah kutawarkan tadi. Tanpa menangis, tentunya"
Ja : "Apa ini? Drama episode 2?? Aku nggak percaya kamu sama sekali"
Jo : "Dan aku nggak heran dengan itu..."

Tiba-tiba Meera menyahut. Dia tidak bisa berdiam diri lagi. Perang ini sudah berjalan semakin lama dan tak nampak akan segera berakhir. Meera khawatir Jalal akan membawa mereka ke AD lagi.
Mee : "Tidak, dia benar Jalal. Akulah yang menumpahkan teh di atas meja karena ketidakhati-hatianku. Tapi Jodha menolak untuk melibatkan aku dalam pertunjukan yang memalukan itu. Waktu kau menyeret Jodha ke ruang AD aku sedang di klinik kampus untuk mengobati lukaku. Lihatlah, ini, kau bisa lihat kan kakiku diperban", Meera menunjukkan luka di kakinya.


Meera berusaha meyakinkan Jalal ((lo kok ayu nemen moti ne))

Jalal memandangi kedua sahabat itu bergantian. Berusaha menemukan kejujuran di sorot mata mereka. Bagaimanapun juga setelah beberapa saat, dia merasakan bahwa mereka berbicara jujur. "Jadi ini bukan sebuah aksi balas dendam -what goes around comes around- gitu??", dalam hati Jalal berkata.

Tapi tentu tetap saja dia tak mau mengalah begitu saja. "Seharusnya kau membawaku ke klinik untuk menunjukkan lukanya waktu itu. Bukannya membuat adegan konyol dan bodoh seperti waktu itu"
Sebenarnya Jalal sudah tau jawaban apa yang akan diperolehnya. Tapi yah tetep aja, mending membela diri daripada diem kayak kambing congek.

Melihat Jalal membuang pandang ke arah lain, Jodha segera tau kalau dia sudah memenangkan permainan ini. Lalu seperti biasa, kebanggaannya pada diri sendiri yang seringkali sulit terkendali, langsung saja membuatnya nyrocos menyudutkan musuhnya yang sudah kalah.

Jo : "Aku sudah bilang padamu tentang Meera. Tapi kau dan teman-temanmu sibuk dan ngotot menuduhku. Lalu kamu tanpa peduli dan tanpa mau mendengar aku, menggelandangku ke ruang AD bagai aku ini koruptor ketangkep tangan KPK. Kamu nggak tau kan betapa malunya aku waktu itu...", mukanya berubah. Kombinasi antara sedih, jengkel, malu teringat kejadian dua hari yang lalu.

Bengong, nggumun, heran, Jalal hanya bisa diam. Heran bagaimana bisa seseorang merasa menang dan kalah pada saat yang sama. Membuat orang yang sudah mempermalukannya di depan umum, merasakan bagaimana rasanya dipermalukan di depan umum, itu sungguh menarik. Wajah sebal ketika dia mengucapkan pengakuan atas kekalahannya jelas nampak. Membuat Jalal bingung antara harus merasa jengkel atau geli melihat ekspresinya.

Jo : "Jadi aku boleh pergi sekarang?? Dan ya, tentang ipad mu, aku benar2 sangat menyesal dan minta maaf", lalu menyalakan motornya dan pergi begitu saja tanpa merasa perlu mendengar sepatah kata dari Jalal.

Selama menjalani kehidupan kuliahnya yang penuh warna, Jalal tentu saja sudah bertemu dengan berbagai model dan bentuk mahasiswi. Ada yang pinter, ada yang blak-blakan, ada yang asal nyosor, ada yang nepsong, ada yang cakep, ada yang pemberani, dan sebagainya. Tapi, baru sekali ini dia melihat mahasiswi yang punya kombinasi berbagai sifat mengagumkan. Cantik, pintar, pemberani, galak, ketus, dan mulutnya yang tajam itu bener-bener minta dicium biar diem. Eeeaaaaaa....bllep bleeppp...
"Dasar gadis yang aneh", gumamnya sambil berjalan pergi dan senyum-senyum sendiri.


***di perpustakaan***

Siang itu, Maan sedang di perpustakaan. Ada kuliah yang dibatalkan. Maka pemuda yang rajin be!ajar dan suka menabung itu pun bahagia punya waktu luang untuk dihabiskan di perpustakaan. Sambil mempersiapkan bahan-bahan untuk acara debat antar kampus bisnis 2 minggu lagi.
Sembari membawa buku dan mencari tempat duduk, dia melihat Jodha sedang khusyuk membaca di ruang baca. Maan memutuskan untuk mendekatinya, menyapanya.


"Eh,ada Jodha, samperin aaahhh....", kata Maan dalam hati

Maan : "Halo Jodha"
Jodha melihatnya sekilas. Hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Lalu kembali ke buku dan catatannya lagi.

Maan bisa merasakan ketidakramahannya.
Maan : "Hei, aku minta maaf atas semua yang sudah terjadi di kantin minggu lalu. Aku jadi serba salah. Tapi kudengar sekarang semua sudah terselesaikan dengan baik. Aku senang."
Jo : (sambil meletakkan bukunya, mulai berbicara serius) "Maafkan aku Maan, karena kau merupakan bagian dari mereka, itu sudah memberi aku cukup alasan untuk menjauhimu"

Maan menarik kursi duduk tepat di depan Jodha.
Maan : "Menghakimi sepihak?? Hanya karena seseorang sombong terhadapmu bukan berarti ia sombong juga terhadap semua orang. Kami hanya bercanda, sedikit berlebihan"
Jodha : "Dengan menyabotase penampilanku di panggung supaya aku malu di depan orang sekampus?? Dengar Maan. Kalau aku sampai punya label buruk untuk kalian, itu karena kalian memberiku cukup alasan untuk itu!!"

Melihat sorot kemarahan di wajahnya, Maan tidak berniat untuk membela diri. Membiarkan Jodha dengan pikirannya sendiri.

Maan : "Jadi kau memang memberi label untuk kami. Boleh aku tau bagaimana pandanganmu tentang kami??"
Jo : (menatap dan tersenyum sinis. Senyum -kau-tak-akan-ingin-mendengarnya)
Maan : "Nggak papa. Katakan saja. Aku bukan banci. Aku ingin mendengarnya"
Jo : "Kamu benar2 mau mendengarnya? Baiklah. Kamu sih lumayan baik Maan. Teman-temanmu yang lain aku tak terlalu ngerti. Tapi ketua geng mu itu..."
Maan : (kaget) "Ketua geng?? Siapa? Jalal?" (Maan hampir ngakak tapi ditahan) "aku jadi berasa di dalam komplotan penjahat Jodha..."

Jodha : "Dia tu ya..gayanya udah persis Don di film The Godfather itu lho. Kami punya julukan buat dian. IPAD MAN!!"
Maan : (ngakakk) "Ipad Man?? Haha. Makin menarik. Teruskan..."
Jodha : "Hei, jangan bilang aku belum memperingatkanmu ya!! Well, Jalal di mataku nampak seperti orang yang hobi berkompetisi, egois, mudah marah, suka pamerrr. Dia punya perilaku -aku-tak-pernah-salah-. Mungkin karena dia anak orang kaya yang biasa dimanja. Tipikal anak-anak yang masuk universitas karena bapaknya kenal pimpinan kampus. Orang yang membanggakan dirinya sendiri, tipikal laki-laki kutukupret yang bangga phonebook nya bejubel nomor gadis2 cantik dan seksi, tipikal gondhes yang suka menghambur2kan uang bapaknya, tipikal..."


Jodha sedang di perpustakaan

Menyadari perubahan air muka Maan, ia tak melanjutkan kata-katanya. Merasa agak kebablasen melampiaskan kemarahannya ke Jalal pada Maan.

Maan : "Syukurlah Jalal tidak ada disini..."
Jo : "Kenapa?? Karena kalo iya dia akan menggelandangku ke kantor AD lagi??" Jodha berkata sinis.
Maan : "No. Hanya saja... dia pasti sangat sedih mendengarnya. Jodha, kamu mungkin benar dengan penilaianmu bahwa dia kaya, egois, dan agak mudah marah. Tapi penilaianmu yang lain tentang dia, itu semua adalah penilaian yang keji"

Jodha diam. Masih tidak ingin peduli dengan pembelaan yang akan dilancarkan Maan untuk sahabatnya itu.

Maan : "Dengar Jodha. Kehidupan Jalal tidak semulus yang kau kira. Dia, kehilangan ayahnya ketika dia masih berumur 12 tahun. Dia ambil kuliah ini untuk mempersiapkan diri sebelum dia harus mengambil alih bisnis keluarganya yang sekarang dikelola paman nya. Selain itu, dia masuk universitas ini sama seperti aku dan kamu, lewat serangkaian ujian masuk. Dia, meskipun dia tak menonjolkannya, juga berprestasi di banyak bidang, unggul di banyak mata kuliah. Kamu tak akan membutuhkan waktu lama untuk membuktikan semua kata-kataku"

Jodha terdiam. Tidak tahu mana yang harus dipercayainya. Kata-kata Maan, atau penilaiannya.
Comments
11 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

11 komentar:

  1. lanjuuut mbak... good job!
    bikin sinopsis Jodha Akbar yg lucu lagi mbak... sampe mules bacanya wkwkwk....

    BalasHapus
  2. wah ad si ntil.,,jgn muncul lg ya mba bikin gerah hahaha
    lanjut mba aq slalu menati mu :*

    BalasHapus
  3. Di lanjut y mbk. . . semangat!!!

    BalasHapus
  4. Thanx mbk… d tunggu lanjutannya ya.. Jgn lama2 donkkkk

    BalasHapus
  5. Hahaha...iyaaa sabar yaaaa semua...

    BalasHapus
  6. Sabar semua...lagi liburan iniih..hihi

    BalasHapus
  7. GOOD JOB>>>NEXT POSTING............PLEASEEEE

    BalasHapus
  8. Udah ada kan mbaaa part 5 nya...

    BalasHapus