Rabu, 24 Desember 2014

DAFTAR ISI :
Beranda
N-J-A-P-A
Sinopsis Jodha Akbar
Tulisan Bebas


***Ruang Kerja Jalal***

Jo : (sedih) "Perrrrrgilah....aku ingiin sendiri..."
Jo : "Kkkaammuu ddddengar kkkaannn apppaa yyaang mmeereekaa bilang.."
Ja : "Jo...diluar sana ada 150 orang yang sangat menyayangimu, kenapa kamu harus pedulikan dua orang sampah itu.."
Jo : "Kkkaammuuu kiraa akkuu tak ppernah bberfikir seperttti itu? Dan bberkaata padda dirikkuu sendirii bahwa semuua itu tiddak benar..."

Jodha berputar menghadap Jalal, mulai menitikkan air mata.
Jo : "Aku..bberusaha daan teruss bberusaha...untuk selalu mmerasaa percaya ddirii...mmeraasaa bbahagia...unttuk bisaa sukses..ttapii akku bukkan diriku yang dulu lagi Jalal.., mmungkin takk akan pernah bisaa...apa kkauu tak apa-apa dengan itu ssemuaa..??"

Jodha berhenti beberapa waktu, berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah. Gejolak hatinya membuatnya emosional dan mempengaruhi fisiknya. Jalal diam. Memberinya kesempatan untuk melepaskan emosinya.

Jo : "Bahkan...orang yyangg paliing tuluss, ibbuuku,.... sajja mengharapkan akkuu..setidaknya bissa memmbantunyaa mmembersihkkan mejja setelah makan mallaam... Akuu..aku mengambil daan teeruus mengambbiil semuaanya darimu...bagaimana mungkkin kkkauu ttak mengharap sessuatuu dariku...Jalal..."

Jodha mengatur nafas lagi. Dengan wajah takut ia menghapus air mata yang menggenangi wajahnya. Ia berkeras untuk melanjutkan lagi mengatakan fakta-fakta yang menyakitkan yang sudah disimpannya selama berbulan-bulan. Kenyataan yang telah mengikis kedamaian hatinya sedikit demi sedikit.

Jo : "Kkaauu laki-laki maatang berrusia 25 ttahun. Ppuunyaa peergaulan luuas, ganteng, panddai, kkamuu haruss keluaar ddan menikmati hidupppmuu...kamuu  pasti tidak mengharapkan hal sepperti ini...kkammu menginginkan pendamping yyang bissa berrjaalan seiring denganmu, bukkaan pasien yyang teruus bergantung padamu..."

Jalal menggeleng sedih sambil menatap Jodha. Ditatap seperti itu Jodha jadi merasa bersalah.

Jo : "Jjangan tatap aku ssepperti itu...akuu mmenjadi bbeban finansial maupun fisik bagi semuuaa orang yyang akku cintai. Akuu benar benar terttekan dengaan semua kenyataan ini..."

Ja : "Dan Tuhan tidak menguji hambanya diluar batas kemampuannya. Coba kau bayangkan Jo...kalau orang yang kau cintai berada dalam kondisi sepertimu, apakah kamu tak akan merawatnya seperti kami semua merawatmu??"

Jodha diam saja. Jalal melanjutkan.
Ja : "Kamu kan tinggal menekan speed dial untuk memanggilku...kenapa kau tak lakukan tadi saat keadaan makin memburuk?? Kalau Niki tak memberitahuku aku mungkin ga akan tau kau sedang dalam masalah..."

Jo : "Kkarena....kkkamu tak seharusnya menjjadii babysitterku setiap waktu...akku haaruss bisaa mengurus diriku sendiri..."

Jodha melihat Jalal. Ia terkejut melihat wajah Jalal yang tiba-tiba berubah menjadi berbinar-binar bahagia.
Ja : "Itu!! Itu lah kamu. MANDIRI. Kemandirianmu sedang berbicara. Kamu tak pernah ingin bergantung pada siapapun untuk menyelesaikan masalahmu"

Jalal sedang berusaha membesarkan hati Jodha. Dia menunjukkan pada Jodha satu per satu fakta bahwa Jodha yang sekarang masih sama dengan Jodha yang dulu.

Ja : "Ok, awalnya kamu enggan datang ke pesta ini. Tapi ketika akhirnya kamu memutuskan untuk datang, kamu berusaha keras untuk tampil sebaik mungkin. Bukan hanya untuk memberiku kejutan. Tapi juga untuk menunjukkan pada semua teman-temanku bahwa kamu masih sanggup berdiri tegak di depan semua orang dan membuat mereka terkagum-kagum. Saat itulah HARGA DIRIMU berbicara. Dan ada orang datang menghinamu. Kamu tak tinggal diam. Kamu berusaha sekuat tenagamu untuk memberi mereka pelajaran. Itu juga kamu yang selalu MENJUNJUNG TINGGI KEHORMATANMU. Kamu tak akan pernah membiarkan orang lain menginjak-injak kehormatanmu. Dan kau tidak menangis di depan teman-temanku. Kamu pergi kesini untuk menangis. Supaya tak ada yang melihatmu. Inilah saat EGO mu berbicara."

Jalal diam sejenak, memberi kesempatan pada Jodha untuk mencerna semua kata-katanya. Lalu melanjutkan lagi.

Ja : "Aku sedih sekali kau harus mengalami ini semua. Tapi kita harus mengalami sendiri situasi yang menyenangkan, menjengkelkan, atau situasi yang buruk, supaya kita bisa belajar bagaimana menghadapinya...hari ini, kau mengalami situasi yang buruk dan kau berhasil melaluinya, sama seperti kamu yang dulu Jo..."

Jodha mencerna kata-kata Jalal. Dan ya, semua terasa sangat masuk akal. Dia merasa lebih baik. Tangisnya mulai reda. Tapi tetap saja, dia tidak yakin dengan itu semua. Dia memandang Jalal. Menyadari bahwa Jalal sedang menunggunya untuk menentang pendapatnya, Jodha membuang pandang ke samping.

Jo : "Kkamuu, katakaan ittu semua,,,, hanya bbbiar aku senang kan..."
Ja : "Aku tau aku mengatakan yang sebenarnya Jo..."
Jo : "Enggak Jalal. Kkamuu tauu aku dulu seperti apa. Akku pennari, ddan pennyanyi yang bbagus, akku juga pemain musik yang lummayaan..."
Ja : "Yaaa, dan aku yakin masih seperti itu hingga sekarang. Aku harus katakan padamu, bahkan suara Krisdayanti tadi tidak lebih baik dari suaramu Jo...waah harusnya aku tak usah memanggil dia ya...serius Jo...suaramu bahkan lebih bagus..."
Jo : "Jalaaal...akkku dulu pandddai melukkkis juggga...ttappi sekkarang....bbbahkan mmemegang pen saja akku tak bisa..."
Ja : "Dan Selamat Miss Singh... (Jalal menirukan gaya terapis Jodha), sekarang kau sudah bisa mengangkat telfon dan menggunakan keybord. Saya perkirakan tidak lama lagi Anda akan sudah bisa menggunakan bolpen"

God, ekspresinya menirukan gaya terapis itu sungguh bagus. Tapi Jodha tidak tersenyum sedikitpun.

Jo : "Jalal...akku dullu selalu pperrgi sendiiri naik motorku kemana saja aku perlu. Ttapii sekkarang, bbahkan menyeberang jalan sendirii saja aku tak bisa..."

Ja : "Hmm...mungkin motormu akan sangat merindukanmu. Tapi biar kukatakan satu rahasia yang kudengar dari pacarmu. Dan baiknya kamu jangan bilang siapa-siapa tentang ini. Tapi, pacarmu sudah merencanakan untuk membelikanmu sebuah mobil baru plus memberimu sopir pribadi, segera setelah kamu tinggal menetap disini. Dan kamu harus mengucapkan selamat tinggal pada motor kesayanganmu itu nanti..."

Jo : "Jalal...tapi kondisiku... kesehatanku... akkkuu sangat pelupa sekarang... mood ku juga berubah ubah dengan cepat... kondisi kejiwaanku tak stabil.. apa kkamu jugga bisa menerima itu...selamanya...??"

Ja : "Apa yang perlu dikhawatirkan Jo?? Dokter dan konselor sudah menjelaskan semua bahwa itu semua akan semakin membaik seiring waktu. Percayalah..."

Jo : "Rambutkkku...yyaaang sssangat kau sukai juga tak ada lagi sekarang.."

Ja : "Hei, sekarang panjangnya sudah hampir sama kok sama rambutku...nanti juga panjang lagi sayaang..."

Jo : "Tetap saja... gadismu yang dulu memenangkan lomba debat antar kampus.... yang dulu selalu mendapat nilai ujian tertinggi.... yang memimpin sebuah pameran bisnis...

Ja : "Jo, dengar, ketrampilan dan kemampuanmu akan kembali. Pun, bila sebagian tidak, aku tetap mencintaimu...tak ada yang akan berubah...selamanya akan seperti itu...ingat janjiku?? Aku membuat ulang tahunmu yang ke 23 begitu indah, dan akan tetap begitu hingga ultahmu yang ke 63, dan selamanya...."

Jalal sedang berusaha membesarkan hati Jodha...

Comments
6 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

6 komentar:

  1. woww so sweet tp sedih.,,lanjut mba :)

    BalasHapus
  2. Kak,, di lanjuti part 5 & seterusnya donkk.. Penasaran nih,, seruuu!!! Cepetan ya kak.. ;)

    BalasHapus
  3. coo cweeettt but sad too...nda sabar pengen baca cerita selanjutnya sampai ke bagian ini ~ ngarep dot kom

    BalasHapus
  4. betapa sabar dan sayangnya jalal kpd jodha,contact mereka tulus

    BalasHapus