Sabtu, 27 Desember 2014

DAFTAR ISI :
Beranda
N-J-A-P-A
Sinopsis Jodha Akbar
Tulisan Bebas


Part - 6

"Kurir?? Ya Taayaa, aku sudah mengirimkannya lewat kurir kemarin. Besok harusnya sudah sampai di Mumbai. Jangan khawatir Taayaa..."

Ia berbicara sambil mengecilkan suara CD player di mobilnya, dan menambah volume earphone nya. Ia harus berkali-kali menarik persneling kembali ke gigi 1. Kemacetan pagi hari adalah ciri khas Hyderabad. Bisa berjalan pada gigi lebih dari 2 merupakan suatu kemewahan yang jarang bisa didapat.



Jalal melihat jam tangannya. Mendekati jam 8.40. Sulit dipercaya. Bungallow-nya terletak di Kompleks perumahan mewah, 'BUKITnya NTIL RATA PERMAI' yang jaraknya hanya 8 km dari kampus. Tapi selalu dibutuhkan waktu hampir 45 menit untuk mencapai kampus dari rumahnya.

"Taaya, aku sudah melakukan apa yang harus kulakukan. Jangan kuatir ya...jangan lupa jaga kesehatan Taaya. Sudah dulu ya, aku sudah hampir terlambat ke kampus. Dagh..", Jalal buru-buru menutup telepon. Pandangannya sedang tertuju pada sesuatu. Jalal melepas earphone nya, melepas  kacamatanya, lalu melongok lebih dekat ke kaca. Berusaha melihat dengan lebih seksama dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Gadis muda itu nampak sedang berjuang mendorong sepeda motornya di jalur lambat di sepanjang jalanan Hyderabad yang sangat padat pagi itu. Itu benar DIA!! Tak salah lagi. Meskipun dari belakang, Jalal yakin dia mengidentifikasi dengan tepat. Itu adalah keanggunan-NYA, bentuk tubuh-NYA, kepercayaan diri-NYA dan kemandirian-NYA yang tak akan bisa lagi diduplikasi oleh wanita manapun!!
 
Nampak jelas, situasi saat itu bukan saat yang tepat untuk latihan otot semacam itu. Waktu yang sudah mepet, panas terik pagi Oktober di Hyderabad yang menyengat, rentetan asap kendaraan dan wajah-wajah garang penuh tanduk yang sedang berebut mendapat tempat di tengah-tengah kemacetan. Dan di atas itu semua, baju anarkalinya yang menjuntai ke bawah, dupatta nya, sandal terbuka nya, haduuuhhh semua tampilan itu sungguh tidak tepat untuk dipakai mendorong motor!!!! ((astagaaa, asli sableng ini imajinasi penulisnya, kasian banget coba Ratu Mughal dibikin dorong-dorong motor ..ck ck ck))

Jalal tersenyum licik sambil memakai lagi kacamata hitamnya ((kurang ajar mo ngapain lagi dia)). Ketika semua pengguna jalan tidak menyadari, atau terlalu sibuk untuk membantu gadis itu, Jalal tidak mungkin membiarkan kesempatan indah itu lolos. "Saat yang tepat untuk membuatnya menerima bantuanku!!", batin Jalal. Dasar!! Rupanya itu yang ada di otaknya.

Jalal cepat-cepat membelokkan setirnya ke tepi jalan. Tak peduli dengan teriakan, caci maki dan klakson yang ditujukan padanya, dia menjalankan mobil dengan pelan sambil menurunkan kaca samping. Gadis itu masih tak menyadari ada mobil yang berhenti mendekatinya.

"Jodha", teriak Jalal sambil membunyikan klakson.

Mendengar ada yang memanggil, Jodha refleks menengok mencari arah suara. Jelas saja apa yang dilihatnya sedetik kemudian adalah sesuatu yang sama sekali tak diharapkannya. "Apaaa, diaa...aaaaargghh", batinnya. Jodha tak membutuhkannya untuk melihatnya dalam kondisi seperti ini. Kontras dengan keadaannya yang serba tak menguntungkan, laki-laki itu menyapanya dari balik kacamata hitamnya, dari dalam mobil mewahnya yang nampak amat nyaman. Sialan!!

Jo : "Kamu?? Disini?"

Jalal melepas sabuk pengamannya dan berpindah ke kursi samping supaya tidak terlalu harus berteriak-teriak.

Ja : "Hei, aku kuliah di kampus yang sama denganmu. Jadi pasti aja aku lewat sini. Perlu bantuan??"

Jo : ((ya tapi BUKAN DARI KAMU!!!, batinnya)) "Eee enggak, nggak perlu, aku bisa mengatasinya"

Ja : (mengangguk) "Tapi sekedar mengingatkan, barangkali kamu lupa, pom bensin terdekat bisa ditempuh dg 15 menit jalan kaki, dan dari pom bensin ke kampus kira-kira butuh waktu 20 menit. Tapi kalo kamu ngrasa hari ini emang kurang olahraga, yaah monggo aja"

Hahh, tak perlu diingatkan lagi Jodha pun sudah menyadarinya sejak tadi. Malang sekali. Tampaknya Jalal tak berniat untuk memberinya lebih banyak waktu berpikir. Karena sejurus kemudian pemuda itu sudah duduk lagi di belakang kemudi, memasang kembali sabuk pengamannya, dan sudah tampak mulai menekan power window.

Dia mau pergi?? Begitu saja?? Jadi semua itu hanya pertunjukan simpati untuk mengejeknya saja??

Jodha yang sedang jengkel berharap punya satu saja solusi untuk mengatasi permasalahannya pagi itu. Tapi sayangnya, ia tak punya satupun. Sungguh sial, kemarin Jalal memujinya atas kecerdasannya menyelesaikan tiap masalah, dan betapa ironisnya, hari ini, dia benar-benar kehabisan ide untuk mengatasi masalahnya, DI DEPAN MATANYA!!

Sejujurnya Jodha punya masalah tambahan, dia bahkan TAK PUNYA CUKUP UANG UNTUK MEMBELI BENSIN!!! Hari itu bukan jatahnya isi bensin, jadi dia tak membawa uang lebih untuk itu. Tak punya uang juga buat naik ojek ((masyaallah, masih kurang juga dibikin Ratu Mughal dorong motor masih disuruh naik ojek, yassalaaaam....anda tak bisa membayangkan betapa ngenesnya saya bikin part 6 ini sodara sodara..)), Meera pun hapenya tak bisa dihubungi. Songong bener dah tu anak!!!

"Tunggu!!"

Yeeaah, akhirnya dia berteriak, tepat saat kaca jendela hampir menutup sempurna. Jalal tersenyum iblis dari dalam mobil penuh kemenangan. EGO, tak diragukan lagi adalah emosi yang paling kuat. Tapi bagaimanapun juga, dengan waktu yang terbatas, tekanan untuk mengatasi permasalahan begitu besar, orang dengan kepribadian yang kuat sekalipun akan merelakan egonya untuk menyelesaikan masalah yang sudah mendesak. Dan Jalal, sekali lagi, membuktikan kecerdasannya membaca situasi. ((Iye terus aja lu cerdas cerdas disini, begitu jadi Rajat lu bakalan mlempes kayak krupuk kena iler))


****Di Dalam Audi Silver****

Jodha membutuhkan beberapa waktu untuk membiasakan dirinya dengan sabuk pengaman. Tapi tak lama kemudian dia berhasil memasang sabuk pengaman dengan benar. Sambil menyandarkan diri dia menyempatkan melirik sepeda motornya, memastikan sudah terparkir dengan benar.

"Jangan kuatir, itu tempat parkir yang aman. Kantor polisi tepat di seberangnya", katanya meyakinkan Jodha.

"Hhmm..", Jodha bergumam mengiyakan.

Lalu mereka diam. Ternyata itu adalah satu-satunya percakapan yang terjadi selama perjalanan hampir 20menit menuju kampus. Jalal memilih kembali asyik mendengarkan playlist musik rock western kesukaannya. Sementara Jodha, sibuk dalam pikirannya sendiri. Itu adalah kali pertama dalam hidupnya merasakan nyamannya naik mobil mewah, ironisnya, dia benar-benar merasa tidak nyaman. Hoooohh!!

Tapi, diluar itu semua, ada beberapa hal yang sulit luput dari pandangan dan pikirannya, bahkan meski dia tak ingin memikirkannya.

Pertama, adalah fakta bahwa semua hal di sekitar, dan pada diri Jalal, selalu terlihat begitu sempurna. Seperti baju yang licin dan rapi serta wangi yang dipakainya pagi ini. Reflek Jodha langsung berusaha membetulkan letak dupattanya yang sudah morat marit gara-gara motor konyolnya.

Tak berhenti sampai disitu, ia melihat betapa kinclong dan rapinya dashboard mobil, jok maupun bagian luar mobilnya. Jodha langsung teringat dengan meja belajarnya di rumah yang selalu porak poranda. "Baaahh!! Aku punya banyak sekali pekerjaan. Wajar kalau banyak yang tak terpegang. Sementara dia, dia pasti punya sederet pembantu untuk membereskan segala kebutuhannya."



Begitu memasuki jalan bebas hambatan, lalu lintas pun jauh lebih lancar. Jalal menarik perseneling untuk pindah gigi. Tanpa sengaja matanya menangkap jari-jari kekar nan bersih itu memegang tuas persneling. Lagi-lagi dia takjub.

"Oh Dewa Krishna.., bahkan jari-jarinya pun kayak abis di meni-pedi", batinnya.
((waaaaaahhhahahaa belum tauu diaa, coba cek keteknya mbak, pasti kinclong gada bulu, abis di waxing soalnya..))

Jodha langsung mengamati jari-jarinya. Wah untunglah dia baru habis merapikan kukunya bbrp hari lalu, bahkan sempat memakai kuteks juga. Ah jarinya terlihat lumayan indah juga kok. Bangga!! Untung juga tadi pagi ibu gak nyuruh ngulek sambel trasi, jadi tangannya nggak bau trasi. Wkwkwk

Akhirnya Jodha sampai pada penilaian akhir yang menggelikan.

"Dia pasti suka dandan. Sudah pasti dandannya bahkan lebih lama dari Resham ato Hosiyar!!!!"

Naahh!!!! *tepokjidat

Setelah observasi singkat dan acaknya terhadap sosok senior di sampingnya, tetap saja ada SATU fakta yang MENJENGKELKANNYA. KARISMA dan AURA yang muncul seiring strata sosial yang selalu dibanggakannya, memang menjadi daya tariknya. Tapi itu bukanlah sesuatu yang dibuat-buat atau dilebih-lebihkan untuk membuat orang lain kagum padanya. Semua itu muncul secara alami karena memang begitulah dia adanya. Tak ada yang dikurang-kurangi, atau dilebih-lebihkan!!! Asem ya...maksudnya emang dari sononya udah ganteng, baik hati, tidak sombong, suka menolong, penyayang, sabar, dan KAYA!!!! Huwaaaaahhh *glek, nelen iler


***Tempat Parkir Universitas***

Begitu mobil melambat, Jodha buru-buru melepas sabuk pengamannya. Tepat ketika mesin dimatikan dia langsung membuka pintu dan keluar dari mobil.

"Pheww", gumamnya sambil menarik nafas lega. Setelah semua kesialan pagi itu, akhirnya mereka bisa tiba di kampus tepat waktu.

"Bip bip". Jalal mengambil tas nya dari kursi belakang, menutup pintu lalu mengunci mobil. Sambil melepas kacamatanya, dia menatap Jodha yang masih berdiri di sisi lain mobil. Akhirnya, setelah 20 menit bersama sepanjang perjalanan, itulah pertama kali mata mereka bertemu pandang.



"Emang kamu nggak ngecek bensinmu sebelum berangkat??"

((Yeee, kenapa nggak nanya dari tadi coba, tadi aja diem2an, sekarang udah mau pisah baru nanya2, helleeeh semprulmu))

"Aku baru penuhi kemarin. Makanya aku nggak cek lagi pagi ini. Choti Bhaiya, eh maksudku kakakku sesorean kemarin ga ada dirumah padahal sepedanya ada. Pasti dia pakai motorku dan hasilnya kau tau sendiri"

Jalal tersenyum. Entah kenapa ada sesuatu yang membuatnya suka dengan karakter 'choti bhaiya'. Musuh dari musuhnya bisa jadi temannya bukan. *asem

Jodha melihat ekspresi Jalal dan tau dengan tepat apa yang sedang dipikirkannya.

"Jangan kuatir, aku pasti membuat bhaiya membayar perbuatannya. Dia harus membawa pulang motorku ke rumah sore ini juga"

"Oh, aku tau pasti kau akan membuatnya membayar perbuatannya", dengan intonasi dan ekspresi jelas-jelas mengejek. Berkaca pada dirinya yang sudah kenyang merasakan hal itu ((Ksiaaandeloooo wkwkwk)). Jalal langsung bisa membayangkan pertempuran yang akan terjadi antara Jodha dengan Choti Bhaiya nya. Haa pasti seru!!

"Kayaknya kamu bisa memahami dengan baik", Jodha membalas menyindirnya. Jengkel!!

Jalal mengamati ekspresi marah karena frustasi di wajah Jodha. Dia belum pernah melihat seorang gadis pun yang terlihat begitu menarik ketika marah. Dan ekspresi itu yang membuat otak iblisnya selalu saja gatel pengen bikin dia marah. Haha dassaaarr Jallad!!!

Tiba-tiba...

"Hey, Jalal, kamu ngapain disitu..."

Suara teriakan itu mengejutkan mereka berdua. Jodha menoleh ke arah sumber suara dan menjumpai wajah-wajah senior yang sudah tidak lagi asing baginya. Renu, Maan, Salim, Abdul, Sharif, Anand, teman-temannya dari klub sepakbola dan beberapa orang yang lain. Mereka semua rupanya sedang bersama-sama menuju ruang seminar untuk tugas presentasi, ketika menemukan THE DUO itu sedang berduaan di pakiran!!!

Tanpa menyadari bahwa dua orang musuh bebuyutan ini telah pergi ke kampus bersama-sama, mereka sama sekali tidak dapat mencerna dan mengira apa yang sudah terjadi. Mengapa mereka berdua ada disitu.
Jalal geli melihat ekspresi bingung mereka. Namun dia dengan santai melambaikan tangan sambil menyapa geng nya. "Haii, yaa yaa, aku agak sedikit terlambat"

Jodha, di sisi lain, benar-benar terkejut dan salting dengan kehadiran mereka yang tiba-tiba. Mengingat pertemuan terakhir dengan mereka saat kasus Ipad keguyur teh itu, maka tidak ada alasan sama sekali bagi mereka untuk bersikap ramah padanya. Apalagi Renu!! Dia tak melepaskan pandangan mengancamnya dari Jodha sejak tadi. Sinis, benci, udah persis Ratu Ruqayah kalo lagi kumat songongnya.

"Lebih baik aku segera pergi. Aku sudah terlambat untuk kelas pertamaku", pamit Jodha sambil mengangguk rikuh pada para seniornya. Memberi Maan senyum khusus, lalu melangkah pergi.

"Jodha kau melupakan sesuatu", panggil Jalal.

Jodha melihat semua bawaannya. Tas, buku, dupatta, helm, tapi semua lengkap...

"Apa??"

"Kau lupa mengucapkan terimakasih naa...", kata Jalal sambil menghadiahinya tawa dan ekspresi penuh kemenangan. Lalu berbalik melangkah sambil berkata pada teman-temannya,



"Ayo guys, lebih baik kita segera pergi. Kita sudah terlambat untuk kelas pertama kita, ayo..~!!")

Lalu berlalu bersama teman-temannya.
Menyebalkan!!


***di Kelas Jodha***

"Pliiisss deeehh, trus kenapaaaa kalo itu Silver Audi haaaa???!!! Semoga aku gak pernah perlu menerima bantuannya lagi!!"

Yaahh, begitulah. Break antar mata kuliah yang biasanya menjadi waktu istirahat yang menyenangkan, hari itu tak lagi menyenangkan baginya. Gagal paham bagaimana kejadian kecil "barengan berangkat ke kampus" menjadi sesuatu yang sangat menarik dan penting buat dua orang temannya! Kalau saja dia tak menceritakan drama "tumpangan ke kampus" pagi itu kepada mereka. Tapi mereka akan bertanya-tanya mengapa dia terlambat. Dan dia tak akan bisa berbohong pada mereka. Jadi disitulah ia. Berusaha tidak marah-marah menjawab 35 pertanyaan keduanya yang nyrocos tanpa henti.

"Tapi itu SILVER AUDIIIIIII" teriak Payal. "Bahkan bila aku membenci orang itu sekalipun, aku akan tetap menaiki mobilnya kalau dia menawarkan...", Payal berkomentar dengan berapi-api.

"Kamu gila nona!!", kata Jodha

"Jadi apa yang sebetulnya dia katakan sampai membuatmu jengkel??", tanya Meera

"Mmmm,, ngga papa Meera. Eeerrr...mmm...dia...seperti biasa lah. Suka pamer. Kayaknya dia memang punya sindrom superioritas kompleks. Aku menyesal sudah menerima bantuannya. Dan setelah ini dia akan terus memamerkan itu di hadapanku. Gak lagi-lagi!!!"

Akhirnya kedua teman itu pun berhenti bertanya. Mereka bisa memahami mengapa Jodha seperti itu.

Payal : "Betewe, kalian sudah punya kostum buat acara 'Inter-collegiate competition'?? Jumat depan kan acaranya??"

INter-collegiate Business Competition adalah suatu acara bergengsi yang diselenggarakan oleh sekolah-sekolah tinggi bisnis di India rutin setiap tahun. Dalam acara tersebut akan diadakan serangkaian kontes akademis yang biasanya diikuti oleh mahasiswa-mahasiswa senior. Dan tahun ini, kampus mereka mendapat giliran sebagai tuan rumah acara.

Meera : "Aku sudah doong"

Jodha : "Aku belum. Ah aku musti beli minggu ini"

Semenit kemudian, Mrs. Uma, dosen mata kuliah hari itu tiba. Mereka merapikan duduk, mengambil handphone dan mematikannya. Sesaat sebelum mematikan HP nya, Jodha menyadari ada sms yang belum dibaca. Dia memutuskan untuk membacanya terlebih dahulu.

~Hei, pernahkah kamu menyadari betapa sensualnya kecantikanmu?~

Lagi!! SMS dari nomor tak dikenal. Masih sama dengan nomor sebelumnya. Jodha memaki pelan. Mencoba melakukan panggilan ke nomor itu tapi tidak bisa tersambung. Sudah dimatikan. Menjengkelkan!

Siapa orang ini? Mengapa terus-terusan menguntitnya? Apakah dari seorang mahasiswa yang menyukainya? Ataukah dari seorang psikopat penguntit?? Bagaimana caranya dia bisa tahu dari siapa sms-sms itu? Sambil mencoba memikirkan wajah-wajah di kampus itu yang memungkinkan jadi tersangka. Dia hanya bisa menemukan 3 nama yang mungkin, Jalal, Sarip dan Anand. Daan, yah, tentu saja menurut dia Jalal yang paling mungkin melakukan hal itu. Atau sebenarnya dia berharap begitu?? Hehe..
Comments
5 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

5 komentar:

  1. kyaaaaa makiiin sukaaaaa sekaliii,,, itu ketek wax juga masuk disini hahahaa... thank you mba niaa luar biasaa lanjuuuut#khas suara ariel ^^

    BalasHapus
  2. kapan episode 21di share udh g sabar nunggu kelanjutanya habis seru, lucu n geli ngebayangin jalal jdi ank kuliahan dg cambang n brewokny hehehe


    BalasHapus
  3. kapan episode 21di share udh g sabar nunggu kelanjutanya habis seru, lucu n geli ngebayangin jalal jdi ank kuliahan dg cambang n brewokny hehehe


    BalasHapus