Beranda
N-J-A-P-A
Sinopsis Jodha Akbar
Tulisan Bebas
Part - 6
"Kurir?? Ya Taayaa, aku sudah mengirimkannya lewat kurir
kemarin. Besok harusnya sudah sampai di Mumbai. Jangan khawatir
Taayaa..."
Ia berbicara sambil mengecilkan suara CD player di mobilnya, dan menambah volume earphone nya. Ia harus berkali-kali menarik persneling kembali ke gigi 1. Kemacetan pagi hari adalah ciri khas Hyderabad. Bisa berjalan pada gigi lebih dari 2 merupakan suatu kemewahan yang jarang bisa didapat.
Jalal melihat jam tangannya. Mendekati jam 8.40. Sulit
dipercaya. Bungallow-nya terletak di Kompleks perumahan mewah, 'BUKITnya
NTIL RATA PERMAI' yang jaraknya hanya 8 km dari kampus. Tapi selalu
dibutuhkan waktu hampir 45 menit untuk mencapai kampus dari rumahnya.
"Taaya, aku sudah melakukan apa yang harus kulakukan.
Jangan kuatir ya...jangan lupa jaga kesehatan Taaya. Sudah dulu ya, aku
sudah hampir terlambat ke kampus. Dagh..", Jalal buru-buru menutup
telepon. Pandangannya sedang tertuju pada sesuatu. Jalal melepas
earphone nya, melepas kacamatanya, lalu melongok lebih dekat ke kaca.
Berusaha melihat dengan lebih seksama dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya.
Gadis muda itu nampak sedang berjuang mendorong sepeda
motornya di jalur lambat di sepanjang jalanan Hyderabad yang sangat
padat pagi itu. Itu benar DIA!! Tak salah lagi. Meskipun dari belakang,
Jalal yakin dia mengidentifikasi dengan tepat. Itu adalah
keanggunan-NYA, bentuk tubuh-NYA, kepercayaan diri-NYA dan
kemandirian-NYA yang tak akan bisa lagi diduplikasi oleh wanita manapun!!
Nampak jelas, situasi saat itu bukan saat yang tepat untuk
latihan otot semacam itu. Waktu yang sudah mepet, panas terik pagi
Oktober di Hyderabad yang menyengat, rentetan asap kendaraan dan
wajah-wajah garang penuh tanduk yang sedang berebut mendapat tempat di
tengah-tengah kemacetan. Dan di atas itu semua, baju anarkalinya yang
menjuntai ke bawah, dupatta nya, sandal terbuka nya, haduuuhhh semua
tampilan itu sungguh tidak tepat untuk dipakai mendorong motor!!!!
((astagaaa, asli sableng ini imajinasi penulisnya, kasian banget coba
Ratu Mughal dibikin dorong-dorong motor ..ck ck ck))
Jalal tersenyum licik sambil memakai lagi kacamata hitamnya
((kurang ajar mo ngapain lagi dia)). Ketika semua pengguna jalan tidak
menyadari, atau terlalu sibuk untuk membantu gadis itu, Jalal tidak
mungkin membiarkan kesempatan indah itu lolos. "Saat yang tepat untuk
membuatnya menerima bantuanku!!", batin Jalal. Dasar!! Rupanya itu yang
ada di otaknya.
Jalal cepat-cepat membelokkan setirnya ke tepi jalan. Tak
peduli dengan teriakan, caci maki dan klakson yang ditujukan padanya,
dia menjalankan mobil dengan pelan sambil menurunkan kaca samping. Gadis
itu masih tak menyadari ada mobil yang berhenti mendekatinya.
"Jodha", teriak Jalal sambil membunyikan klakson.
Mendengar ada yang memanggil, Jodha refleks menengok
mencari arah suara. Jelas saja apa yang dilihatnya sedetik kemudian
adalah sesuatu yang sama sekali tak diharapkannya. "Apaaa,
diaa...aaaaargghh", batinnya. Jodha tak membutuhkannya untuk melihatnya
dalam kondisi seperti ini. Kontras dengan keadaannya yang serba tak
menguntungkan, laki-laki itu menyapanya dari balik kacamata hitamnya,
dari dalam mobil mewahnya yang nampak amat nyaman. Sialan!!
Jo : "Kamu?? Disini?"
Jalal melepas sabuk pengamannya dan berpindah ke kursi samping supaya tidak terlalu harus berteriak-teriak.
Ja : "Hei, aku kuliah di kampus yang sama denganmu. Jadi pasti aja aku lewat sini. Perlu bantuan??"
Jo : ((ya tapi BUKAN DARI KAMU!!!, batinnya)) "Eee enggak, nggak perlu, aku bisa mengatasinya"
Ja : (mengangguk) "Tapi sekedar mengingatkan, barangkali
kamu lupa, pom bensin terdekat bisa ditempuh dg 15 menit jalan kaki, dan
dari pom bensin ke kampus kira-kira butuh waktu 20 menit. Tapi kalo
kamu ngrasa hari ini emang kurang olahraga, yaah monggo aja"
Hahh, tak perlu diingatkan lagi Jodha pun sudah
menyadarinya sejak tadi. Malang sekali. Tampaknya Jalal tak berniat
untuk memberinya lebih banyak waktu berpikir. Karena sejurus kemudian
pemuda itu sudah duduk lagi di belakang kemudi, memasang kembali sabuk
pengamannya, dan sudah tampak mulai menekan power window.
Dia mau pergi?? Begitu saja?? Jadi semua itu hanya pertunjukan simpati untuk mengejeknya saja??
Jodha yang sedang jengkel berharap punya satu saja solusi
untuk mengatasi permasalahannya pagi itu. Tapi sayangnya, ia tak punya
satupun. Sungguh sial, kemarin Jalal memujinya atas kecerdasannya
menyelesaikan tiap masalah, dan betapa ironisnya, hari ini, dia
benar-benar kehabisan ide untuk mengatasi masalahnya, DI DEPAN MATANYA!!
Sejujurnya Jodha punya masalah tambahan, dia bahkan TAK
PUNYA CUKUP UANG UNTUK MEMBELI BENSIN!!! Hari itu bukan jatahnya isi
bensin, jadi dia tak membawa uang lebih untuk itu. Tak punya uang juga
buat naik ojek ((masyaallah, masih kurang juga dibikin Ratu Mughal
dorong motor masih disuruh naik ojek, yassalaaaam....anda tak bisa
membayangkan betapa ngenesnya saya bikin part 6 ini sodara sodara..)),
Meera pun hapenya tak bisa dihubungi. Songong bener dah tu anak!!!
"Tunggu!!"
Yeeaah, akhirnya dia berteriak, tepat saat kaca jendela
hampir menutup sempurna. Jalal tersenyum iblis dari dalam mobil penuh
kemenangan. EGO, tak diragukan lagi adalah emosi yang paling kuat. Tapi
bagaimanapun juga, dengan waktu yang terbatas, tekanan untuk mengatasi
permasalahan begitu besar, orang dengan kepribadian yang kuat sekalipun
akan merelakan egonya untuk menyelesaikan masalah yang sudah mendesak.
Dan Jalal, sekali lagi, membuktikan kecerdasannya membaca situasi. ((Iye
terus aja lu cerdas cerdas disini, begitu jadi Rajat lu bakalan mlempes
kayak krupuk kena iler))
****Di Dalam Audi Silver****
Jodha membutuhkan beberapa waktu untuk membiasakan dirinya
dengan sabuk pengaman. Tapi tak lama kemudian dia berhasil memasang
sabuk pengaman dengan benar. Sambil menyandarkan diri dia menyempatkan
melirik sepeda motornya, memastikan sudah terparkir dengan benar.
"Jangan kuatir, itu tempat parkir yang aman. Kantor polisi tepat di seberangnya", katanya meyakinkan Jodha.
"Hhmm..", Jodha bergumam mengiyakan.
Lalu mereka diam. Ternyata itu adalah satu-satunya
percakapan yang terjadi selama perjalanan hampir 20menit menuju kampus.
Jalal memilih kembali asyik mendengarkan playlist musik rock western
kesukaannya. Sementara Jodha, sibuk dalam pikirannya sendiri. Itu adalah
kali pertama dalam hidupnya merasakan nyamannya naik mobil mewah,
ironisnya, dia benar-benar merasa tidak nyaman. Hoooohh!!
Tapi, diluar itu semua, ada beberapa hal yang sulit luput
dari pandangan dan pikirannya, bahkan meski dia tak ingin memikirkannya.
Pertama, adalah fakta bahwa semua hal di sekitar, dan pada
diri Jalal, selalu terlihat begitu sempurna. Seperti baju yang
licin dan rapi serta wangi yang dipakainya pagi ini. Reflek Jodha
langsung berusaha membetulkan letak dupattanya yang sudah morat marit
gara-gara motor konyolnya.
Tak berhenti sampai disitu, ia melihat betapa kinclong dan
rapinya dashboard mobil, jok maupun bagian luar mobilnya. Jodha langsung
teringat dengan meja belajarnya di rumah yang selalu porak poranda.
"Baaahh!! Aku punya banyak sekali pekerjaan. Wajar kalau banyak yang tak
terpegang. Sementara dia, dia pasti punya sederet pembantu untuk
membereskan segala kebutuhannya."
Begitu memasuki jalan bebas hambatan, lalu lintas pun jauh
lebih lancar. Jalal menarik perseneling untuk pindah gigi. Tanpa sengaja
matanya menangkap jari-jari kekar nan bersih itu memegang tuas
persneling. Lagi-lagi dia takjub.
"Oh Dewa Krishna.., bahkan jari-jarinya pun kayak abis di meni-pedi", batinnya.
((waaaaaahhhahahaa belum tauu diaa, coba cek keteknya mbak, pasti kinclong gada bulu, abis di waxing soalnya..))
((waaaaaahhhahahaa belum tauu diaa, coba cek keteknya mbak, pasti kinclong gada bulu, abis di waxing soalnya..))
Jodha langsung mengamati jari-jarinya. Wah untunglah dia
baru habis merapikan kukunya bbrp hari lalu, bahkan sempat memakai
kuteks juga. Ah jarinya terlihat lumayan indah juga kok. Bangga!! Untung
juga tadi pagi ibu gak nyuruh ngulek sambel trasi, jadi tangannya nggak
bau trasi. Wkwkwk
Akhirnya Jodha sampai pada penilaian akhir yang menggelikan.
"Dia pasti suka dandan. Sudah pasti dandannya bahkan lebih lama dari Resham ato Hosiyar!!!!"
Naahh!!!! *tepokjidat
Setelah observasi singkat dan acaknya terhadap sosok senior
di sampingnya, tetap saja ada SATU fakta yang MENJENGKELKANNYA. KARISMA
dan AURA yang muncul seiring strata sosial yang selalu dibanggakannya,
memang menjadi daya tariknya. Tapi itu bukanlah sesuatu yang dibuat-buat
atau dilebih-lebihkan untuk membuat orang lain kagum padanya. Semua itu
muncul secara alami karena memang begitulah dia adanya. Tak ada yang
dikurang-kurangi, atau dilebih-lebihkan!!! Asem ya...maksudnya emang
dari sononya udah ganteng, baik hati, tidak sombong, suka menolong,
penyayang, sabar, dan KAYA!!!! Huwaaaaahhh *glek, nelen iler
***Tempat Parkir Universitas***
Begitu mobil melambat, Jodha buru-buru melepas sabuk
pengamannya. Tepat ketika mesin dimatikan dia langsung membuka pintu dan
keluar dari mobil.
"Pheww", gumamnya sambil menarik nafas lega. Setelah semua kesialan pagi itu, akhirnya mereka bisa tiba di kampus tepat waktu.
"Bip bip". Jalal mengambil tas nya dari kursi belakang,
menutup pintu lalu mengunci mobil. Sambil melepas kacamatanya, dia
menatap Jodha yang masih berdiri di sisi lain mobil. Akhirnya, setelah
20 menit bersama sepanjang perjalanan, itulah pertama kali mata mereka
bertemu pandang.
"Emang kamu nggak ngecek bensinmu sebelum berangkat??"
((Yeee, kenapa nggak nanya dari tadi coba, tadi aja diem2an, sekarang udah mau pisah baru nanya2, helleeeh semprulmu))
"Aku baru penuhi kemarin. Makanya aku nggak cek lagi pagi
ini. Choti Bhaiya, eh maksudku kakakku sesorean kemarin ga ada dirumah
padahal sepedanya ada. Pasti dia pakai motorku dan hasilnya kau tau
sendiri"
Jalal tersenyum. Entah kenapa ada sesuatu yang membuatnya
suka dengan karakter 'choti bhaiya'. Musuh dari musuhnya bisa jadi
temannya bukan. *asem
Jodha melihat ekspresi Jalal dan tau dengan tepat apa yang sedang dipikirkannya.
"Jangan kuatir, aku pasti membuat bhaiya membayar perbuatannya. Dia harus membawa pulang motorku ke rumah sore ini juga"
"Oh, aku tau pasti kau akan membuatnya membayar
perbuatannya", dengan intonasi dan ekspresi jelas-jelas mengejek.
Berkaca pada dirinya yang sudah kenyang merasakan hal itu
((Ksiaaandeloooo wkwkwk)). Jalal langsung bisa membayangkan pertempuran
yang akan terjadi antara Jodha dengan Choti Bhaiya nya. Haa pasti seru!!
"Kayaknya kamu bisa memahami dengan baik", Jodha membalas menyindirnya. Jengkel!!
Jalal mengamati ekspresi marah karena frustasi di wajah
Jodha. Dia belum pernah melihat seorang gadis pun yang terlihat begitu
menarik ketika marah. Dan ekspresi itu yang membuat otak iblisnya selalu
saja gatel pengen bikin dia marah. Haha dassaaarr Jallad!!!
Tiba-tiba...
"Hey, Jalal, kamu ngapain disitu..."
Suara teriakan itu mengejutkan mereka berdua. Jodha menoleh
ke arah sumber suara dan menjumpai wajah-wajah senior yang sudah tidak
lagi asing baginya. Renu, Maan, Salim, Abdul, Sharif, Anand,
teman-temannya dari klub sepakbola dan beberapa orang yang lain. Mereka
semua rupanya sedang bersama-sama menuju ruang seminar untuk tugas
presentasi, ketika menemukan THE DUO itu sedang berduaan di pakiran!!!
Tanpa menyadari bahwa dua orang musuh bebuyutan ini telah
pergi ke kampus bersama-sama, mereka sama sekali tidak dapat mencerna
dan mengira apa yang sudah terjadi. Mengapa mereka berdua ada disitu.
Jalal geli melihat ekspresi bingung mereka. Namun dia
dengan santai melambaikan tangan sambil menyapa geng nya. "Haii, yaa
yaa, aku agak sedikit terlambat"
Jodha, di sisi lain, benar-benar terkejut dan salting
dengan kehadiran mereka yang tiba-tiba. Mengingat pertemuan terakhir
dengan mereka saat kasus Ipad keguyur teh itu, maka tidak ada alasan
sama sekali bagi mereka untuk bersikap ramah padanya. Apalagi Renu!! Dia
tak melepaskan pandangan mengancamnya dari Jodha sejak tadi. Sinis,
benci, udah persis Ratu Ruqayah kalo lagi kumat songongnya.
"Lebih baik aku segera pergi. Aku sudah terlambat untuk
kelas pertamaku", pamit Jodha sambil mengangguk rikuh pada para
seniornya. Memberi Maan senyum khusus, lalu melangkah pergi.
"Jodha kau melupakan sesuatu", panggil Jalal.
Jodha melihat semua bawaannya. Tas, buku, dupatta, helm, tapi semua lengkap...
"Apa??"
"Kau lupa mengucapkan terimakasih naa...", kata Jalal
sambil menghadiahinya tawa dan ekspresi penuh kemenangan. Lalu berbalik
melangkah sambil berkata pada teman-temannya,
"Ayo guys, lebih baik kita segera pergi. Kita sudah terlambat untuk kelas pertama kita, ayo..~!!")
Lalu berlalu bersama teman-temannya.
Menyebalkan!!
***di Kelas Jodha***
"Pliiisss deeehh, trus kenapaaaa kalo itu Silver Audi haaaa???!!! Semoga aku gak pernah perlu menerima bantuannya lagi!!"
Yaahh, begitulah. Break antar mata kuliah yang biasanya
menjadi waktu istirahat yang menyenangkan, hari itu tak lagi
menyenangkan baginya. Gagal paham bagaimana kejadian kecil "barengan
berangkat ke kampus" menjadi sesuatu yang sangat menarik dan penting
buat dua orang temannya! Kalau saja dia tak menceritakan drama
"tumpangan ke kampus" pagi itu kepada mereka. Tapi mereka akan
bertanya-tanya mengapa dia terlambat. Dan dia tak akan bisa berbohong
pada mereka. Jadi disitulah ia. Berusaha tidak marah-marah menjawab 35
pertanyaan keduanya yang nyrocos tanpa henti.
"Tapi itu SILVER AUDIIIIIII" teriak Payal. "Bahkan bila aku
membenci orang itu sekalipun, aku akan tetap menaiki mobilnya kalau dia
menawarkan...", Payal berkomentar dengan berapi-api.
"Kamu gila nona!!", kata Jodha
"Jadi apa yang sebetulnya dia katakan sampai membuatmu jengkel??", tanya Meera
"Mmmm,, ngga papa Meera. Eeerrr...mmm...dia...seperti biasa
lah. Suka pamer. Kayaknya dia memang punya sindrom superioritas
kompleks. Aku menyesal sudah menerima bantuannya. Dan setelah ini dia
akan terus memamerkan itu di hadapanku. Gak lagi-lagi!!!"
Akhirnya kedua teman itu pun berhenti bertanya. Mereka bisa memahami mengapa Jodha seperti itu.
Payal : "Betewe, kalian sudah punya kostum buat acara 'Inter-collegiate competition'?? Jumat depan kan acaranya??"
INter-collegiate Business Competition adalah suatu acara
bergengsi yang diselenggarakan oleh sekolah-sekolah tinggi bisnis di
India rutin setiap tahun. Dalam acara tersebut akan diadakan serangkaian
kontes akademis yang biasanya diikuti oleh mahasiswa-mahasiswa senior.
Dan tahun ini, kampus mereka mendapat giliran sebagai tuan rumah acara.
Meera : "Aku sudah doong"
Jodha : "Aku belum. Ah aku musti beli minggu ini"
Semenit kemudian, Mrs. Uma, dosen mata kuliah hari itu
tiba. Mereka merapikan duduk, mengambil handphone dan mematikannya.
Sesaat sebelum mematikan HP nya, Jodha menyadari ada sms yang belum
dibaca. Dia memutuskan untuk membacanya terlebih dahulu.
~Hei, pernahkah kamu menyadari betapa sensualnya kecantikanmu?~
Lagi!! SMS dari nomor tak dikenal. Masih sama dengan nomor
sebelumnya. Jodha memaki pelan. Mencoba melakukan panggilan ke nomor itu
tapi tidak bisa tersambung. Sudah dimatikan. Menjengkelkan!
Siapa orang ini? Mengapa terus-terusan menguntitnya? Apakah
dari seorang mahasiswa yang menyukainya? Ataukah dari seorang psikopat
penguntit?? Bagaimana caranya dia bisa tahu dari siapa sms-sms itu?
Sambil mencoba memikirkan wajah-wajah di kampus itu yang memungkinkan
jadi tersangka. Dia hanya bisa menemukan 3 nama yang mungkin, Jalal,
Sarip dan Anand. Daan, yah, tentu saja menurut dia Jalal yang paling
mungkin melakukan hal itu. Atau sebenarnya dia berharap begitu?? Hehe..
kyaaaaa makiiin sukaaaaa sekaliii,,, itu ketek wax juga masuk disini hahahaa... thank you mba niaa luar biasaa lanjuuuut#khas suara ariel ^^
BalasHapusPunya gambar komik rose yg itu gak kha??
HapusLove ittttt!!!!
BalasHapusKeep it on!
kapan episode 21di share udh g sabar nunggu kelanjutanya habis seru, lucu n geli ngebayangin jalal jdi ank kuliahan dg cambang n brewokny hehehe
BalasHapuskapan episode 21di share udh g sabar nunggu kelanjutanya habis seru, lucu n geli ngebayangin jalal jdi ank kuliahan dg cambang n brewokny hehehe
BalasHapus