Ruq datang ke kamar Jalal sambil teriak teriak memanggil Jalal.
Ja : (datang sambil memegang lengannya, bertanya dengan sayang, ih kok
saya yang sebel, sama jodha ga pernah gitu ada juga tengkar mulu) "ada
apa Ruqaiya, aku tak pernah melihatmu sebegini semangat ingin menemuiku?
Aku baru keluar sebentar saja mengapa kau begini gelisah? Aku selalu
menunggumu saat kau sibuk dengan tugasmu."
Ru : "Pekerjaanku itu
kewajibanku Jalal. Aku membuatmu menunggu hanya karena aku harus
menyelesaikan tugasku sebagai Ratu Kepala yang harus mengurusi seluruh
urusan di harem ini. Tapi kau...??"
Ja : "Ada apa Ruqaiya?"
Ru :
(marah-marah) "Hari ini kau merendahkanku dengan kau mengatur perayaan
ulang tahun Ratu Jodha. Aku tak suka itu." (sirik)
Ja : "Ruqaiya, ini kedua kalinya aku merasa kau sedang cemburu." Jalal tersenyum menggodanya. (sebel)
Ru : "Aku sudah bilang aku tidak cemburu pada siapapun. Ataupun takut kehilanganmu." (lalu berbalik memunggungi Jalal)
Ja : (langsung menarik keras tangan Ruq) "Lalu kenapa kau gelisah dan
sakit hati Ruqaiya??"
((Jalal dan Ruq selalu saling panggil dengan nama,
sedangkan ke Jodha, Jalal selalu panggil dg sebutan ratu - Jodha Begum,
dan Jodha selalu memanggilnya dengan Syahensyah. Feel the different,
tapi kalo nonton versi tipi yang di dubbing ga bisa dapet nih feel nya,
heheh))
Ru : "Karena setelah acara ini, orang-orang di harem dan
istana akan berfikir berbeda. Bahwa Ratu Jodha mengambil posisiku
sebagai Istri utamamu." (see, Ruq memang hanya peduli sama statusnya
sebagai istri utama Jalal)
Ja : "Tidak akan Ruqaiya. Kau tidak
menjadi Ratu kepala karena kau temanku. (Jalal berkata dengan lembut,
meletakkan bahu Ruq di pundaknya, aaahh sebelnya sihh saya) Tapi karena
tak ada yang bisa menyaingimu, bahkan Ratu Jodha sekalipun. Jadi tak
akan ada yang mengambil posisimu. Dan aku sudah memberitahu Ratu Jodha
tentang ini"
Ru : "tapi kenapa kau merayakan ulang tahunnya?"
Ja : "itu karena amijaan yan memintanya" (bohooong!!! *ga terima)
Ja : (mendudukkan Ruq di kursi, dan jalal jongkok di lantai sambil
memegangnya *haahhh) "Ruqaiya dengarkan, hubungan kita tak akan berubah.
Bahkan sampai di masa depan. Kau dapatkan semua yang kau inginkan sejak
dulu. Dan akan selalu begitu sampai nanti. Mengapa kau marah? (gaya
playboy cap kaki tiga lagi ngerayu ruq) Aku akan selalu disini untuk
menenangkanmu. Aku akan selalu melayanimu. Dan aku akan selalu
mengambilkanmu jus cabe ini ketika kau marah supaya tambah ndomble
bibirmu *sigghh (saya berharap jalal ngomong gitu maksudnya, tapi enggak
ternyata, dia ngambilin air mawar. blaahh rasane yok opo wii). Minum
minum, ini, minum dulu ya"
(entahlah, di bagian ini sebenarnya saya
agak ngrasa Jalal bukan sedang menggambarkan sayangnya pada ruqaiya,
tapi justru sedang meratapi nasibnya punya istri seperti ruqaiya. ngasih
minumnya itu lho kayak di glogokne)
Ja : "katakan kau ingin apa lagi..?"
Ru : (tersenyum lebar) "kau paling tau cara menenangkanku. sekarang
katakan padaku, sebagai raja, kau sudah beri hadiah buat Ratu Jodha
belum??"
Ja : "hadiah??"
Ru : "belum?? baiklah aku akan
memilihkan hadiah untuknya, biar dia mengira kau yang memilih untuknya.
Pelayan ambilkan kalung kerajaan"
Ru : "ini, Ratu Jodha pasti akan menyukainya"
Ja : (menatap kalung itu dengan biasa aja, tapi pura-pura senyum senang
*beneraaan dia pura2 senyumnyaa) "Ruqaiya, inilah yang aku suka darimu.
Kau selalu tau bagaimana cara menjadi Ratu Kepala yang baik"
Setelah Ruq pergi, Jalal mengganti isinya dengan sesuatu yang paling
disukai Jodha. Hehehh. Makanya saya bilang tadi dia cuma pura-pura
senyum. Ngetik ini sambil jengkel-jengkel seneng gimana gitu haha.
Selasa, 10 Februari 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mba niaa ,, aku fansmu lhoo .😍😍
BalasHapus