Selasa, 10 Februari 2015

Ruq datang ke kamar Jalal sambil teriak teriak memanggil Jalal.

Ja : (datang sambil memegang lengannya, bertanya dengan sayang, ih kok saya yang sebel, sama jodha ga pernah gitu ada juga tengkar mulu) "ada apa Ruqaiya, aku tak pernah melihatmu sebegini semangat ingin menemuiku? Aku baru keluar sebentar saja mengapa kau begini gelisah? Aku selalu menunggumu saat kau sibuk dengan tugasmu."

Ru : "Pekerjaanku itu kewajibanku Jalal. Aku membuatmu menunggu hanya karena aku harus menyelesaikan tugasku sebagai Ratu Kepala yang harus mengurusi seluruh urusan di harem ini. Tapi kau...??"

Ja : "Ada apa Ruqaiya?"

Ru : (marah-marah) "Hari ini kau merendahkanku dengan kau mengatur perayaan ulang tahun Ratu Jodha. Aku tak suka itu." (sirik)

Ja : "Ruqaiya, ini kedua kalinya aku merasa kau sedang cemburu." Jalal tersenyum menggodanya. (sebel)

Ru : "Aku sudah bilang aku tidak cemburu pada siapapun. Ataupun takut kehilanganmu." (lalu berbalik memunggungi Jalal)

Ja : (langsung menarik keras tangan Ruq) "Lalu kenapa kau gelisah dan sakit hati Ruqaiya??"
((Jalal dan Ruq selalu saling panggil dengan nama, sedangkan ke Jodha, Jalal selalu panggil dg sebutan ratu - Jodha Begum, dan Jodha selalu memanggilnya dengan Syahensyah. Feel the different, tapi kalo nonton versi tipi yang di dubbing ga bisa dapet nih feel nya, heheh))

Ru : "Karena setelah acara ini, orang-orang di harem dan istana akan berfikir berbeda. Bahwa Ratu Jodha mengambil posisiku sebagai Istri utamamu." (see, Ruq memang hanya peduli sama statusnya sebagai istri utama Jalal)

Ja : "Tidak akan Ruqaiya. Kau tidak menjadi Ratu kepala karena kau temanku. (Jalal berkata dengan lembut, meletakkan bahu Ruq di pundaknya, aaahh sebelnya sihh saya) Tapi karena tak ada yang bisa menyaingimu, bahkan Ratu Jodha sekalipun. Jadi tak akan ada yang mengambil posisimu. Dan aku sudah memberitahu Ratu Jodha tentang ini"

Ru : "tapi kenapa kau merayakan ulang tahunnya?"

Ja : "itu karena amijaan yan memintanya" (bohooong!!! *ga terima)

Ja : (mendudukkan Ruq di kursi, dan jalal jongkok di lantai sambil memegangnya *haahhh) "Ruqaiya dengarkan, hubungan kita tak akan berubah. Bahkan sampai di masa depan. Kau dapatkan semua yang kau inginkan sejak dulu. Dan akan selalu begitu sampai nanti. Mengapa kau marah? (gaya playboy cap kaki tiga lagi ngerayu ruq) Aku akan selalu disini untuk menenangkanmu. Aku akan selalu melayanimu. Dan aku akan selalu mengambilkanmu jus cabe ini ketika kau marah supaya tambah ndomble bibirmu *sigghh (saya berharap jalal ngomong gitu maksudnya, tapi enggak ternyata, dia ngambilin air mawar. blaahh rasane yok opo wii). Minum minum, ini, minum dulu ya"

(entahlah, di bagian ini sebenarnya saya agak ngrasa Jalal bukan sedang menggambarkan sayangnya pada ruqaiya, tapi justru sedang meratapi nasibnya punya istri seperti ruqaiya. ngasih minumnya itu lho kayak di glogokne)

Ja : "katakan kau ingin apa lagi..?"

Ru : (tersenyum lebar) "kau paling tau cara menenangkanku. sekarang katakan padaku, sebagai raja, kau sudah beri hadiah buat Ratu Jodha belum??"

Ja : "hadiah??"

Ru : "belum?? baiklah aku akan memilihkan hadiah untuknya, biar dia mengira kau yang memilih untuknya. Pelayan ambilkan kalung kerajaan"

Ru : "ini, Ratu Jodha pasti akan menyukainya"

Ja : (menatap kalung itu dengan biasa aja, tapi pura-pura senyum senang *beneraaan dia pura2 senyumnyaa) "Ruqaiya, inilah yang aku suka darimu. Kau selalu tau bagaimana cara menjadi Ratu Kepala yang baik"
Setelah Ruq pergi, Jalal mengganti isinya dengan sesuatu yang paling disukai Jodha. Hehehh. Makanya saya bilang tadi dia cuma pura-pura senyum. Ngetik ini sambil jengkel-jengkel seneng gimana gitu haha.
Comments
1 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

1 komentar: