Selasa, 10 Februari 2015

WHEN HEER KUNWARI BECOMES MARIUM UZ ZAMANI


Pada awal 1569 Akbar mengetahui bahwa Heer hamil lagi. Setelah kematian beruntun putra mereka, kali ini Akbar tak mau mengambil resiko lagi. Ia pergi ke Padepokan Syekh Salim Chisti untuk meminta saran. Sang Syekh menyarankannya untuk memindahkan Heer keluar istana hingga ia melahirkan.

Akbar setuju. Ia membangun Rang Mahal, sebuah istana sederhana di Sikri, dekat Padepokan SC ((sekarang manjadi istana Fatehpur Sikri)). Di Rang Mahal inilah Heer tinggal untuk sementara waktu. Akbar juga selalu menjenguknya di Rang Mahal selagi ia bisa.

Menjelang waktu kelahiran, Heer dipindahkan dari Rang Mahal ke sebuah rumah sederhana di dalam kompleks padepokan SC. Tidak ada seorang pun dari Royal Palace yang diijinkan menjenguknya ((menguatkan dugaan bahwa kematian-kematian sebelumnya adalah konspirasi yang melibatkan orang dalam Royal Palace)). Setelah tragedi kematian berturut-turut nampaknya kali ini Akbar benar-benar mempersiapkan segala sesuatu dengan hati-hati.

Pada 30 Agustus 1569, akhirnya si jabang bayi terlahir ke dunia. Usia Akbar maupun Heer sudah 27 tahun, sangat terlambat untuk ukuran usia waktu itu. Dan usia pernikahan mereka hampir memasuki tahun ke 8. Masa penantian yang sangat panjang bagi Akbar.

Tercatat, pada waktu menemui Heer pertamakali setelah kelahiran Salim, Akbar menepuk-nepuk kepala Heer seperti tradisi Rajvanshi untuk mengekspresikan cintanya. Ia juga memberi hadiah pada Heer sebuah "Naulakha" (set perhiasan yang sangat mahal dan di kalangan Rajvanshi dianggap sebagai simbol untuk "sesuatu yang tak tergantikan").

Kelahiran Salim merupakan babak baru perjalanan hidup Heer. Setelah kelahiran itu ia memperoleh gelar Mariam Uz Zamani (ibu sepanjang zaman).

Kini ia adalah seorang ibu negara. Bukan hanya seorang Khaas Begum tapi Mariam Uz Zamani yang kekuasaannya hanya selangkah di belakang Kaisar. Perintahnya setingkat dengan perintah kaisar. Akbar pun semakin leluasa untuk memberinya kepercayaan mengurus berbagai hal.

Dalam tingkatan mansabdar/ commander, MUZ mencapai jenjang commander 12.000 yang hanya dicapai oleh 4 orang pada masa itu, salah satunya adalah Akbar sendiri. Ia adalah satu-satunya wanita yang dapat mencapai jenjang setinggi itu dalam karir politik.

MUZ diberi kewenangan untuk menerbitkan Farman. Semacam surat perintah resmi, setingkat dengan perintah raja. Menerbitkan farman adalah hak prerogatif raja. Dalam masa Akbar, hak tersebut diberikan juga kepada Mariam Makani dan Mariam Uz Zamani.

Akbar juga mempercayainya untuk mengurus masalah HAJI. Pada masa itu, Mughal memiliki sebuah kapal besar bernama RAHIMI yang digunakan khusus untuk pelayaran haji ke Mekkah. Kapal ini adalah kapal India terbesar yang berlayar hingga Laut Merah. Rahimi sudah sangat terkenal di kalangan pelaut Asia hingga Eropa. Untuk kali pertama dalam sejarah Hindia, seorang wanita mampu mengurus hal yang demikian penting dalam kerajaan.

Seiring semakin luasnya wilayah kekuasaan Mughal dan berbagai social reform yang dilakukan Akbar, sektor keuangan kerajaan mulai terganggu. Akbar melakukan reformasi besar-besaran di bidang pajak. Banyak pajak yang sebelumnya hanya diterapkan untuk orang Hindu dihapuskan. Hal ini berakibat pada menurunnya pendapatan kerajaan.

Disinilah seorang MUZ membuktikan perannya sebagai rekan seperjuangan kaisar. MUZ terjun dalam perdagangan internasional. MUZ mengelola perdagangan strategis rempah-rempah dan sutra dari maupun keluar kerajaan Mughal. Kapal-kapal dagangnya berlayar ke seantero Asia dan Eropa. Dengan hasil yang diperolehnya ia membantu kerajaan membangun masjid-masjid, sekolah-sekolah, memperbaiki fasilitas peribadatan, memberikan bantuan bagi rakyat miskin, dll. MUZ juga menggunakan uangnya untuk keperluan rumah tangga istana, melakukan pembangunan atau perbaikan kompleks istana.

Dalam catatan sejarah Abu'l Fazl ia mengungkapkan hubungan antara MUZ dan Akbar yang belum pernah ditemukannya dalam hubungan Raja dan Ratu sebelumnya. Ia menyebutkan bahwa MUZ dan Kaisar sering melakukan diskusi membicarakan tentang masalah perdagangan kerajaan ini. Belum pernah ada di masa itu seorang raja dan ratunya berdiskusi tentang masalah perdagangan kerajaan.

((Tiba2 berimajinasi ttg percakapan mereka.
MUZ : Pakne,,, aku mumet,, bisnis rempah2 sepiii...
Sha : Kenapa kau tak coba bisnis yang lain wahai bune...
MUZ : Apa itu??
Sha : Ekspor kemangi maybe,,, kayaknya di kebon belakang sudah njembrung...
MUZ : *jitak pake panci))

Rajkumari Heer Kunwari, selain cerdas juga dikenal dengan keberaniannya dalam berbicara dan mempertahankan pendapat. Ia bahkan tak takut beradu pendapat dengan kaisar saat ia merasa benar. Sifat ini terbawa hingga ia diperistri Akbar. Mungkin ini adalah salah satu penyebab hubungan mereka tak terlalu baik di awal pernikahan.

Adalah seorang sejarawan dan penulis di masa Akbar, bernama Abdul Qodir Badayuni. Berbeda dengan Abu'l Fazl yang merupakan sekretaris kerajaan, Badayuni berada di luar lingkaran kekuasaan. Itu membuatnya lebih bebas mengekspresikan pemikirannya. Beberapakali ia menunjukkan ketidaksukaannya pada Akbar terutama pada kebijakan-kebijakan barunya di bidang agama yang dirasanya semakin liberal dan sekuler.

Badayuni adalah penulis yang jujur. Dalam konteks ratu rajputnya ia mengakui banyak kelebihannya, tapi juga menunjukkan ketidaksukaannya. Ia mengkritik kaisar karena menurutnya sang kaisar sudah terjatuh dalam pesona ratu rajputnya. Bahkan Badayuni menuduh Heer dan keluarganya telah menyihir kaisar sehingga tidak kuasa melawan permintaannya. Wkwkwk ngekek jadinya.

Badayuni mengisahkan dalam bukunya Muntakhab Ut Tawarikh, tentang keberanian Sang Ratu Rajput terhadap Kaisar. Suatu ketika ada seorang pemuka Hindu yang dihukum mati oleh salah satu kepala pastor kerajaan Mughal yang fanatik. Padahal Akbar sudah mengeluarkan perintah untuk tidak menghukumnya dan melanjutkan penyelidikan. Mendengar hal itu, MUZ langsung mencela suaminya di depan banyak orang, mengatakan ia raja tapi tidak memiliki kekuatan untuk membuat perintahnya ditaati. Hehehhh... sounds familiar...

Memang, kadang terpikir, segala kekuasaan dan keutamaan yang diberikan Akbar pada istri Hindunya itu, jangan-jangan dikarenakan dia sudah dibutakan oleh ketergantungannya pada Heer. Jangan-jangan seorang Akbar melakukan semuanya karena ia tertawan oleh segala kelebihan yang ada pada diri Heer. Jangan-jangan Akbar memang memberikan semua perlakuan istimewa pada istrinya dan keluarga istrinya demi imbal balik yang mereka berikan padanya.

Saya sempat berfikir seperti itu. Hingga saya sampai pada salah satu social reform Akbar yang sempat ditentang oleh Heer dan keluarganya, tapi toh tetap diterapkan oleh Akbar. Reformasi itu adalah tentang SATI.

Ketika Bhagwan Das meninggal, istrinya, menolak untuk melakukan SATI padahal semua keluarganya memerintahkan untuk melakukan itu. Sati adalah salah satu kepercayaan Rajput, dimana seorang istri harus membakar diri hidup-hidup bila suaminya meninggal terlebih dahulu. Ini adalah salah satu bentuk pembuktian sumpah setia istri kepada suami.

Ketika mendengar perseteruan antara janda Das dan keluarga suaminya, Akbar memihak janda Das. Ia menerbitkan farman yang melarang pemaksaan sati pada seorang janda bila dia tak menginginkannya. Apabila diketahui ada orang yang memaksa seorang janda melakukan sati, akan dihukum mati.
Dengan membuat peraturan tentang sati itu, Akbar mengambil resiko berseberangan dengan MUZ dan Klan Amer. Ia berani mengambil keputusan yang tidak populis jika itu sesuai dengan prinsip kebenaran dan keadilan yang dianutnya.

Demikianlah hubungan antara Kaisar Akbar dan Ratu Hindunya, Heer Kunwari aka MUZ. Akbar memberi kekuasaan yang besar pada Heer karena ia percaya kepadanya. Akbar percaya pada kemampuannya, kejujuran dan kredibilitasnya. Heer adalah orang kepada siapa dia bisa meyakini kesetiaannya. Di tengah-tengah konspirasi busuk yang kejam di dalam istana, memiliki Heer laiknya anugerah baginya. Salah satu alasan ia memberikan gelar Waali Ni'mat pada Heer.

--- END ---
Comments
7 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

7 komentar:

  1. sudah berapakali ini kubaca?? sudah berulang-ulang tapi masih saja tetap takjub dan menangkap kerikil kecil hikmah yang terlewat... sukaaaaaaaaa, SUkriya Bundaaaaaaa Next Projetc selalu dinanti, apapun itu ;)
    ini kayaknya pas Akbar menentang SATI janda Das ada maunya juga tu Akbar, saya merasa dia melakukan itu juga sebagai peringatan dan juga penolakanya apabila dia mati kelak Heer tak harus dan tak boleh melakukan SATi. mey be hehehehe

    BalasHapus
  2. Bikin akbar dulu apa njapa dulu ya dew

    BalasHapus
  3. Menarik untuk dibaca. Saya tunggu share2 selanjutnya. Saya harap cerita pasangan abad 16 ini tetap berlanjut dan dibagikan di blog ini :)

    BalasHapus
  4. D tnggu kry yg lainnya bunda. ..

    BalasHapus
  5. D tnggu kry yg lainnya bunda. ..

    BalasHapus
  6. Sepi jual rempah disuruh jual kemangi... Aduuuuh. Suka dengan gaya tuturmu... Suwun~

    BalasHapus
  7. jadi istri bisa jadi teman diskusi juga keren

    BalasHapus