Dari track ini, yang bisa saya tangkap adalah, AKBAR SEDANG MEREPRESENTASIKAN DIRINYA SEBAGAI TUHAN DI DUNIA.
Kebetulan
sekali, setelah saya menulis versi sejarah Mariam Uz Zamani, saya
menjanjikan akan menulis tentang Akbar The Great. Tapi karena bingung
harus memulai darimana, anggap saja ini tulisan pertama saya tentang
Akbar The Great. Kebetulan sekali juga track nya lagi menyenggol-nyenggol
salah satu periode paling kontroversial dalam hidup Akbar. Jadi ya sekalian aja lah ya.
Dimulai di episode 441 (13 Februari 2015), di scene terakhir.
Terdengar Soultalk menceritakan tentang posisi Akbar yang
kini sedang berada di puncak kekuasaan. Musuh-musuhnya semua telah
dikalahkannya dalam medan perang. Kesultanan Mughal sedang berada di
puncak kejayaannya.
Tampak Akbar sedang berpesta bersama para menterinya. Mereka sedang merayakan kejayaan Akbar dan Mughal Saltanat.
Seorang menteri bernama Mansoor berkata padanya. Dengan
gaya bawahan yang berbicara berbusa-busa belepotan menyanjung atasannya.
Asal Bapak Senang pokonamah...
Mansoor : "Sekarang tak ada seorang pun yang dapat
melakukan sesuatu tanpa perintahmu Yang Mulia. Kau adalah Tuhan bagi
seluruh Hindustan. Semua orang tunduk dan takut padamu."
Birbal : "Apa yang sedang kau katakan?? Apa kau sedang mengatakan Kaisar seperti Tuhan??"
Mansoor : "Mengapa tidak?? Yang Mulia sudah seperti Tuhan kita.."
Abul Fazl : "Apa yang dikatakan Mansoor Shah itu benar
Birbal Ji. Yang Mulia adalah bayangan Tuhan. Zil-E-Illahi. Rakyat bahkan
menganggap Kaisar adalah Tuhan.."
Tampak Birbal marah menentang pendapat Abul Fazl dan
Mansoor. Tapi Kaisar menenangkannya dan melerai mereka. Lalu mereka
melanjutkan minum-minum dan berpesta.
Birbal dan Todarmal berkasak-kusuk ngedumel kalo mulut
manisnya Abul Fazl dan Mansoor itu berbahaya bagi Kaisar. Orang-orang
seperti mereka seharusnya tak ada di sekitar Kaisar.
Duet Maut, Mansoor (muda), Abul Fazl (tua) |
Di Episode 442, kita disuguhi scene yang menggambarkan keributan yang terjadi antara 2 kubu menteri-menteri Akbar.
Di kubu 1 ada Birbal, Maan Singh dan Todarmal, di kubu 2
ada Abul Fazl, Mansoor Shah, dan Said Mubarok (ituloh yang pake pakaian
jubah-sorban, kalo benar pengamatan saya sih. dan kalo benar itu said
mubarok, maka dia adalah ayah Abul Fazl kalo di sejarah).
Keributan ini dipicu oleh penggunaan istilah Zin Illahi
yang mulai disebut2 terus oleh Abul Fazl, dan nampaknya Kaisar juga
tertarik. Mansoor Shah bahkan menyarankan kaisar menerbitkan koin baru
yang tertulis namanya dan nama Tuhan di masing2 sisinya. Lagi2 Birbal
menunjukkan sikap tidak setujunya.
Suasana keributan hehe |
Birbal : "Apa kamu gila!!! Kamu sedang menyamakan Kaisar dengan Tuhan!!"
Mubarok : "Kenapa?? Kaisar adalah bayangan Tuhan. Zil Illahi."
Mereka terus bertengkar. Kaisar terlihat agak jengkel. Ia bertanya pada Birbal.
Kaisar : "Birbal, apa bedanya raja dengan Tuhan?"
Birbal : "Tuhan bisa menghidupkan dan mematikan manusia. Raja tidak"
Kaisar : "Raja bisa memberikan kebahagiaan bagi rakyat, itu sama saja dengan raja bisa memberi kehidupan bagi rakyatnya"
Todarmal : "Tapi Tuhan bisa menciptakan manusia. Raja
tidak. Tuhanlah yang memberi manusia rasa damai. Raja hanya bisa memberi
apa yang manusia butuhkan, bukan membuat hatinya damai"
Mereka masih terus bertengkar. Kaisar menjadi marah. Tapi ia memutuskan untuk tetap menerbitkan koin baru itu.
"Aku sudah memutuskan untuk menerbitkan koin baru itu. Koin
itu akan mengatakan pada rakyat, ketika Tuhan mereka tak mengabulkan
apa yang mereka pinta, maka tuhan yang ini akan mengabulkannya"
Lalu lampu robyong didepannya tiba2 jatuh, mak krompyaaang.... untung gak jatoh di atas kepalanya yang lagi membesar itu. Hehe.
Di episode 422 juga ditunjukkan kegundahan Ratu Jodha akan
sikap Kaisar. Ia sudah berusaha mengingatkan bahwa Kaisar seharusnya tak
berfikir untuk menyamakan dirinya dengan Tuhan. Tapi tampaknya Kaisar
tidak menganggap itu merupakan hal penting yang perlu diperdebatkan.
Lalu Ratu Jodha bermimpi Kaisar berada dalam kepungan api
dan menusukkan pedang ke dadanya sendiri. Itulooohh yg bangun2 dia njuk
cium kening shahensha yg lagi bobok ganteng disebelahnya. Eeaaa mesti
pada senyam senyum kalo dikasih scene begituan. Wkwkwk..
Untuk sementara, track ini berhenti di episode 443. Ketika
Kaisar Akbar akhirnya menerbitkan mata uang baru yang tertera tulisan
Allah dan Akbar di atasnya.
Oke, resume end. Sekarang saatnya historical view tentang track ini.
As
per sejarah, penerbitan koin yang mengundang kontroversi ini terjadi di
antara tahun 1575-1576 ((13 tahun setelah pernikahan Akbar-MUZ, dan pernikahan Salim-Mann Bai harusnya baru terjadi tahun 1583, Aram Bano bahkan baru lahir 1584, haha, kacau balau timeline nya)).
Tahun 1975, Akbar mendirikan suatu majelis yang diberi nama Ibadat Khana di Fatehpur Sikri. Ibadat Khana melibatkan tokoh-tokoh cerdik cendekia lintas agama dari berbagai agama yang berkembang di Hindustan saat itu.
Akbar mencetuskan sebuah ide tentang "koin dan stempel kerajaan baru" ini di depan majelis Ibadat Khana.
Tahun 1975, Akbar mendirikan suatu majelis yang diberi nama Ibadat Khana di Fatehpur Sikri. Ibadat Khana melibatkan tokoh-tokoh cerdik cendekia lintas agama dari berbagai agama yang berkembang di Hindustan saat itu.
Akbar mencetuskan sebuah ide tentang "koin dan stempel kerajaan baru" ini di depan majelis Ibadat Khana.
Kata Badayuni dalam tarikhnya : "Dia (Akbar) bertanya pada
kami, apakah orang-orang akan menyukainya jika kuletakkan kalimat ~Allah
u Akbar~ pada stempel kerajaan dan salah satu sisi koin (mata uang)?"
Sekedar info, koin yang beredar saat itu bertuliskan "Huw-al-Ghani" yang bermakna "Dia lah yang Maha Sempurna". Sedangkan stempel/segel kerajaan sebelumnya bertuliskan "Bismillahirrohmanirrohim".
Banyak yang menyetujui ide ini, pun banyak yang tidak.
Salah satu yang tidak menyetujuinya adalah Pendeta Ibrahim. Ia
menyarankan sebaiknya Kaisar tak melakukannya. Karena namanya sendiri
mengandung kata Akbar. Kalimat itu akan dapat menimbulkan ambiguitas makna. Bisa
diartikan dengan,
1. Allah Maha Besar, atau
2. Tuhan adalah Akbar
1. Allah Maha Besar, atau
2. Tuhan adalah Akbar
Pendeta Ibrahim menyarankan untuk menuliskan "La Zikr
Allahu Akbar", sebagai gantinya. Yang kedua ini dinukil dari Al Qur'an
untuk mengingatkan manusia agar senantiasa mengingat kebesaran Allah.
Tapi Akbar menolak saran Pendeta Ibrahim. Sambil berkata,
"Begitu sudah cukup. Tak ada orang yang masih mengakui
kelemahannya akan mengklaim dirinya sebagai Tuhan. Dia (Ibrahim-red)
hanya melihat arti harfiah kata-kata itu. Dia tak seharusnya berpikir
aku akan berbuat sesuatu se-ekstrim itu" >>>>> So, dari
sini tampaknya Akbar tidak benar-benar sedang menganggap dirinya sebagai
Tuhan ya???
Banyak cerdik pandai yang menyesalkan sikap Akbar tersebut.
Seandainya saja, ia menerima saran Ibrahim, pemikiran-pemikiran buruk
tentangnya tidak akan muncul.
Tapi God Track ini, memunculkan harapan
baru bagi saya tentang jalan cerita film ini. Terakhir kali film ini
menarik karena banyaknya keterlibatan aspek-aspek historis, adalah saat
kelahiran Salim. Setelah itu, jelas Script Writer hanya sedang membuat
sebuah sinetron dengan konflik rumah tangga ecek-ecek yang tak ada habisnya.Menjatuhkan intelektualitas dan wibawa seorang Akbar yang bahkan dikenal sebagai Akbar The Great di negaranya sana, hingga ke titik nadir. Sampai-sampai saya memasukkannya ke kelompok CCTB alias Cuami Cuami Takut Bini. Hahahaha...
Bila film ini akan dikembalikan ke alur sejarah, seperti episode-episode sebelum kelahiran Salim, tentunya tetap dengan dramatisasi yang tak mungkin dihindari, kita mungkin akan menyaksikan periode-periode paling kontroversial dalam sejarah hidup Akbar. Dalam tulisan lain nanti saya akan mencoba menulis lebih detil insiden-insiden sejarah menarik yang terjadi di tahun-tahun ini. Periode didirikannya Ibadat Khana, atau "House of Worship", adalah periode awal menuju kebijakan agama Akbar yang paling kontroversial, Din-Illahi.
Orang sering menyebut Akbar sedang mendirikan agama baru yang diberi nama Din-Illahi. Hmm, saya pribadi belum bisa menceritakan lebih lanjut tentang ini, karena merasa sumber yang saya baca masih minim sekali. Tapi satu hal yang pasti, istilah Din-Illahi baru digunakan 80 tahun setelah Akbar meninggal, oleh cicitnya yang bernama Aurangzeb. Awalnya, berdasarkan catatan Badayuni maupun Abul Fazl, yang digunakan adalah istilah "Tauhid-e-Illahi". Aurangzeb lah yang menganti kata Tauhid menjadi Din.
Dan Tauhid-e-illahi adalah kebijakan yang diterapkan Akbar di bidang agama. Bukan agama baru yang dia ingin orang lain memeluknya. Dia ingin unsur-unsur dalam Tauhid-e-Illahi dipatuhi dalam konteks kebijakan/ perintahnya sebagai Kaisar. Cukup segini yang saya berani bilang terkait din illahi. Kalau menemukan update lebih lanjut tentang Din Illahi, saya akan dengan senang hati berbagi dengan Akdha Lovers semua.
hehehe, untuk episode kehidupan Akbar tentang Din Illahi ini saya memang benar-benar ga mau menyentuhnya pada awalnya...**merinding disko kalo salah persepsi** Si Kapur Barus aja sampai salah nangkep maksud, he he he
BalasHapustapi dari yang saya tangkap diulasan diatas poinya memang seperti dugaan saya sepertinya, dia tak mengaku tuhan yaa, bisakah dikatakan kalau Din Illahi itu Mahzab buatan Akbar?
nyak? i miss u,,,where r u??? klo ak punya salah maafin yaaa,,,
BalasHapusMba niaa ,,lope u pull
BalasHapus