Minggu, 21 Desember 2014

DAFTAR ISI :
Beranda
N-J-A-P-A
Sinopsis Jodha Akbar
Tulisan Bebas


PART 3

***KANTIN UNIVERSITAS***

-Tidak ada rasa lapar yang menyamai rasa lapar di jam 5 sore- 
Demikian kata-kata bijak dari guru tercinta Rosita Hudayana, Mahesdash Birbal.

Begitulah, karena kuliah selesai jam 4.30 sore, maka jam 5 adalah saat kantin kampus menjadi penuh mahasiswa. Dari yang maco, tomboy, yang gandengan mulu kayak prangko, yang kutu buku, yang sporty, semua tumplek blek di kantin. Demi segelas es teh!!!

Dan geng itu pun sama saja. Nongkrong di kantin adalah hobi. Selain untuk melepas lapar dan dahaga, tentu saja untuk sekedar nongkrong. Sambil ngantri untuk mengambil pesanannya, Jalal mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kantin. Melempar senyum dan ber say hello kesana kemari. Tentu saja, 80 persen nya adalah kaum hawa.

Apalagi yang kurang...kalau kau punya wajah ganteng, body oke, dompet tebaal. Hangat, ramah, penyayang, tatapan mata yang bisa melumerkan hati seperti mentega kena minyak panas. Dan dia tau betul dia punya semua kualifikasi itu. Kualifikasi untuk membuat wanita tergila-gila padanya.


Jalal meregangkan tangannya di kursinya. Terlihat malas. "Kkrrreekkk, uuuhhh, ototku kaku semua...aku gak sempet nge gym tadi pagi....uugghh" gerutunya.
"Helehh, ototmu nggak akan ilang kemana-mana meski seminggu nggak nge gym juga"
Jalal hanya tersenyum malas menanggapi suara itu. Mungkin di dunia ini hanya ada 1 wanita yang bisa mengejek Jalal se enak perutnya, marah, menghina, jutaan kali setiap hari, tanpa membuatnya sakit hati. Dialah Renu. Salah satu orang terdekat Jalal. Sangat dekat dan cukup membuat mereka berdua selalu diganggu pertanyaan "Jalal apa Renu itu pacarmu?", "Renu apa Jalal itu pacarmu?". Hingga mereka bosan menjawab dan tidak mau mempedulikannya lagi. Mereka berteman sejak kuliah S1, dan tak pernah berpisah lagi hingga sekarang.

Kenalin, cewek ini namanya RENU
Maaf teman-teman terpaksa impor aktris dari luar Mughal
demi menjaga imajinasi tetap pada tempatnya

Seorang lagi adalah Abdul. Teman Jalal sejak Esde!! Seberapa banyak temannya, tapi tidak ada yang bisa menggantikan Abdul. The most-best friend ever. 

JALAL with ABDUL. Bestfriend ever!!
Sementara Maan dan Salim adalah 2 yang terakhir bergabung. Mereka bertemu sejak jenjang postgraduate. Pertemanan mereka ber5 membuat perjalanan hidupnya dua tahun ini semakin lengkap.


Mereka berasal dari strata yang hampir sama. Sama-sama berasal dari "zona nyaman" anak sekolah. Seminggu sekali mereka ngeluyur keluar. Nongkrong di kafe, nonton, clubbing, nge mall, dan sejenisnya. Mereka bisa melakukan banyak hal bersama-sama, olahraga-olahraga mahal, hobi-hobi mahal, pakaian bermerk, aksesoris bermerk, hingga gadget mahal.
Tapi ketika tiba waktu ujian, mereka juga tak kalah semangat belajar dengan mahasiswa lain. Mereka juga tak kurang berprestasi. Mereka bertanggung jawab penuh atas tugasnya. Dan mereka tau betul tujuan mereka kuliah di tempat itu.

-----------------------------------------------------

Di sisi berlawanan, Jodha, masuk ke universitas ternama itu untuk memenuhi ambisinya. Tapi bertiga dengan grupnya, kehidupan mereka sama sekali berbeda dengan kehidupan Jalal dan geng nya.
Mereka bertiga tidak punya hobi aneh-aneh. Meski bukan berarti mereka tidak pernah menikmati hidup, hanya saja caranya yang berbeda. Menikmati alam, nonton tivi di rumah, makan siang masakan ibu, liburan dengan membaca novel romantis di kamar, belanja di bazaar, hobi-hobi yang tidak membutuhkan banyak uang.


Dan sore itu di kantin. Segelas garam chai (milk tea) pada jam 5 sore di kantin, bersama banyak mahasiswa lainnya.
Jo : "Lebih enak buatan ibuku Meera"
Meera : "Yaa aku tau jo...tapi ga ada salahnya kan sekali-sekali kita nongkrong di kantin..."
Payal : "Ho oh Jodha nih...santai laah..."
Mereke berjalan bersama mencari meja kosong sambil membawa segelas garam chai. Tiba-tiba hp jodha berbunyi. SMS. Dia membukanya sambil berjalan.
Payal : "Lihat Meera, baru 2 minggu kita disini dan dia sudah punya secret admirer. Dia bahkan tidak cukup sabar menunggu sampai kita duduk untuk membaca sms nya, hihi"
Jodha : "Bukaan, aku cuma kuatir ibuku yg sms. Aku udah bilang kalau hari ini aku pulang telat"
Meera : "Bayangpuun Payal, dia sampai cuekin kita, garam chai nya aja tuh dibiarin dingin loh...xixi"
Jodha : "Sssttt diem! Crewet kalian ya..." sambil sedikit mendorong Payal.

Payal yang tidak siap meski dorongan itu tak terlalu kuat, njongkrok ke depan, nubruk Meera. Lalu Meera nubruk meja. Teh di tangannya tumpah. Malang betul. Tumpahnya mengenai sebuah tas reebok di atas meja tak berpenghuni. Jodha melihat ke kanan ke kiri clingak clinguk mencari pemilik tas. Tak nampak.

Tiba-tiba Meera berteriak, "Kakikuuu....hiyaaa..."
Jodha dan Payal melihat kaki Meera. Kuku jempolnya terkelupas dan mulai berdarah.
Jo : Meeraaa aduuuhhh maaf, aku ngga sengaja...
Pay : aaahhh meeraa, maafin aku juga...
Mee : haa, sudahlah ini kecelakaan, kalau mencari siapa yang salah maka kita semua salah...
Jo : meera kamu harus segera ke klinik kampus, darahnya terus keluar, lukamu harus ditutup...
Pay : iya meera..jodha benar..
Jo : payal, kau bantu meera jalan ke klinik ya, biar aku yang bereskan ini. (Sambil menunjuk ke meja yabg basah terkena tumpahan minuman meera).
Pay : baiklah, ayo meera..
Lalu mereka melangkah meninggalkan Jodha menuju klinik kampus.

Sementara itu Jodha mulai membersihkan bekas tumpahan teh di atas tas dan meja. Namun ternyata sudah merembes ke dalam tas. Duhh, Jodha bingung. Dia mengedarkan pandangan mencari-cari petunjuk siapa pemilik tas ini. Tidak ada petunjuk. Dia nekad membuka tas itu. Bukan bermaksud apa2. Hanya berusaha, barangkali ada dokumen atau hal-hal berharga yang tidak tahan air supaya bisa terselamatkan.

Ketika sedang mengintip isi tas itu, tiba-tiba sebuah suara mengejutkannya.
"Heh kamu lagi ngapain? Haahh KAMU APAIN TASKU HAAA??"
Jodha berbalik melihat sumber suara. Nooooo....hadduuuuhhhh kenapa diaaa...*tepokjidat. Jodha kaget bukan kepalang. Lagi dan lagi, mengapa dia harus berurusan dengan orang ini. Mister Ipad Man. Datang bersama geng nya. Dia sangat menyesali atas apa yang sudah diperbuat Meera. 40 meja, 160 tempat duduk, mengapa Meera harus menumpahkan teh nya disiniii...aaaahhh...Jodha pucat pasi.
Jo : (dengan putus asa) "Mmaaaf, aku...aku cuma mencoba...menye..."
Ja : (marah) "Hahh? Kau tumpahkan teh ke tasku?? Hohh kampret...ipad ku...", sambil merebut tas itu dan mengambil isinya.

Wohaaaa tumpahan teh itu nampaknya langsung merembes ke dalam hingga ipadnya pun basah kuyup.
Jo : "Maaf, aku benar2 nggak bermaksud apa-apa. Tadi temanku jatuh dan teh di tangannya tumpah disini. Ini semua kecelakaan..."
Duuuhhh, Jodha menyesal tak terkira. Jalal beberapa kali berusaha menekan tombol power tapi ipad nya tak menunjukkan kemauan untuk hidup. Wajahnya jelas jengkel dan marah. Jodha benar-benar tertekan. Jalal melihat Maan.
Ja : "Maan, gak mau hidup...dia bikin ipad ku mati..."
Maan mengambil ipad dari tangan Jalal. Mencoba melakukan sesuatu. Membuka tutupnya dan lain-lain.
Jo : "Maaf, tadi Meera dan Payal disini. Meera jatuh dan teh di tangannya tumpah. Ini semua benar-benar kecelakaan...."
Renu : (sinis) "Teman apa, aku tak melihat kau bersama orang lain. Disini juga cuma ada segelas teh. Apa maksudmu?? Bikin alesan biar bisa melarikan diri dari tanggung jawab??"
Kali ini Renu benar-benar memperoleh banyak kesempatan yang diinginkannya. Untuk menunjukkan ketidaksukaannya pada Jodha.
Jo : "Nggak, aku nggak bohong, dia terluka....", Jodha benar-benar putus asa.
Renu : "Oh, alasan lagi"

Terus-terusan dipojokkan seperti itu Jodha mulai jengkel.
Jo : "Baiklah terserah kamu mau percaya padaku atau tidak. Lagian ngapain coba dia ninggalin barang mahalnya disini sendirian tanpa penjaga..."
Wohooo, dasar tak tahu diri. Sudah berbuat salah, kini dia mulai beraksi menyalahkan korbannya. Ego senioritas mereka tak dapat menerima kata-kata Jodha.
Ja : "Seharusnya aku sudah tau hal seperti ini akan terjadi. Aku biasa meletakkan tas ini disini saat aku mengambil makananku di meja pelayanan. Dan itu sudah kulakukan sejak setahun yang lalu. Tak pernah ada apa-apa yang terjadi. Dan sekarang lihat. Pertama kali kamu masuk kesini, dan kau mengguyurnya dengan teh!!!"
Jo : "Cukup dengan tuduhan kalian!! Aku bukan orang yang se anarkis dan sejahat itu hingga bisa melakukan semua ini dengan sengaja. Dengar Jalal..."

Jodha akan menjelaskan segala sesuatunya, tapi salah seorang dari mereka terlanjur menyela kalimatnya.
Maan : "Teh nya mengalir ke bagian belakang Jalal, dan masuk ke dalam sistem. Ipad ini dalam keadaan hidup tadinya. Pasti banyak komponen yang konslet."
Mendengar apa yang dikatakan Maan, Jalal benar-benar marah.
Ja : "Dengar, KAMU TIDAK AKAN KUMAAFKAN BEGITU SAJA!!". Berjalan mendekati Jodha sambil menatap tajam. "Ini yang kamu maksud dengan -Apa yang kamu tanam itulah yang kamu tuai-, bukan??"
Jo : "NO,,,"
Jalal sudah tidak peduli lagi. Dia terlalu marah. Ditariknya lengan Jodha.
Ja : "Ayo ikut aku!!!"
Jo : "Kemana??"
Ja : "Ke Dekanat!! Aku mau bikin laporan ke Asisten Dekan atas perbuatanmu ini. Ayo cepat sebelum dia pergi!!"
Jo : "Apa??"
Jalal menarik tangan Jodha, lebih tepatnya menggelandangnya menuju kantor AD. Jodha belum pernah melihatnya marah. Tapi kali ini dia tampak benar-benar marah. Sangat marah.




***Kantor Asisten Dekan***

Jodha jengkel bukan main. Dia benar-benar menghadapi orang yang sangat keras kepala dan jahat. Dia tidak peduli sama sekali dengan penjelasan Jodha. Dia berteriak di kantin, menggelandangnya sepanjang koridor hingga ke Ruang AD. Tak pelak lagi semua orang pasti melilhat keributan itu. Jodha tak pernah dipermalukan seperti itu sebelumnya. Setelah sampai di ruang AD, sambil menunggu, Jodha melihat pergelangan tangannya yang ngeplak ukiran gelangnya gara-gara digelandang Jalal. Dalam hati dia berkata, "Aku nggak salah apa-apa, tapi kamu tetap memaksa mempermalukan aku. Lihat saja aku pasti bisa membela diriku di depan AD!! Andai saja kakak-kakakku ada disini, mereka tak akan membiarkanmu melakukan ini padaku."

"Masuk", terdengar suara AD memanggil mereka.
Jalal lebih dahulu masuk. Bersama teman-temannya. Dia langsung saja menceritakan semua kejadian berdasarkan versinya. Tentu saja didukung oleh semua teman-temannya. Hingga giliran Jodha menjelaskan, sejak awal dia berbicara sudah jelas dia akan kalah. Tidak ada seorangpun yang dapat memberikan verifikasi atas ceritanya. Sedang dia masih bercerita, tiba-tiba Profesor berdiri dari tempat duduknya dan memotong kalimatnya.
Pro : "Jodha, saya rasa cukup. Saya masih punya banyak urusan yang lebih penting. Jadi gini, pertama, saya belum terlalu mengenalmu, jadi saya tidak bisa menilai sebenarnya apa yang terjadi disana. Entah saya harus mempercayai atau tidak semua ceritamu. Tapi, ketika kamu sendiri mengakui bahwa kamu membuka tas nya tanpa seijin dia, itu sudah menunjukkan kalau kamu memang bersalah." Profesor diam sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya. Lalu melanjutkan lagi.
Pro : "Kedua, saya sudah mengenal Jalal dengan baik setahun ini. Selama ini dia belum pernah mengetuk pintu ruangan saya selain untuk sesuatu hal yang sangat penting, apalagi untuk melaporkan tentang mahasiswa lain. Saya bisa katakan dengan yakin di hadapan semua mahasiswa maupun kolega saya, bahwa saya belum pernah melihatnya atau melihat kelompoknya membuat ulah di kampus ini."

"APAAA...". Jodha terkejut. Sama sekali tak menyangka profesor itu tak akan memebalanya sama sekali, justru memuji-muji Jalal di depannya.

Pro : "Well, kalian sudah bukan anak-anak lagi. Saya harap kalian bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Dan Jodha, terakhir yang saya harapkan dari kamu adalah kamu membuat permintaan maaf yang sepatutnya pada Jalal. Dan buat saya, dalam konteks universitas, perbuatanmu kali ini, maaf saya terpaksa harus mengatakannya, sangat memalukan"

Jodha shock. Hatinya benar-benar terbakar amarah dan sakit hati atas segala tuduhan dan cacian padanya. Sebagai mahasiswa teladan dengan sederet penghargaan di kampus sebelumnya, perkataan profesor itu sungguh merupakan suatu penghinaan. Tanpa melihat ke arah Jalal dan geng nya, dia sudah bisa menduga bagaimana wajah-wajah mereka mendengar dia dihina seperti itu.

Ja : "Tapi Prof, saya membelinya seharga 40.000 Rupee. Selain itu, saya juga kehilangan proyek "Analisa Investasi" yang sedang saya kerjakan. Saya mengharapkan bukan sekedar permintaan maaf dari dia, tapi juga ganti rugi material."
Prof : "Jalal, kalau kamu mau ganti rugi material, itu harus kamu dan keluargamu yang mengajukan gugatan hukum. Tapi universitas tidak bisa campur tangan dalam hal itu."

Dalam diam, Jodha benar-benar terguncang. Tidak, dia benar-benar tidak menyangka akan mendapat pukulan telak seperti itu. 40.000 rupee!!! Dia akan mendapat masalah besar dengan kakak-kakaknya. Reputasinya di kampus akan hancur. Ayah ibunya akan hancur mendengar berita tentang gugatan hukum. Tenggorokannya sakit bagai dicekik. Dia berjuang mati-matian supaya tidak meneteskan air mata yang sudah siap meluncur deras. Meskipun demikian, dia masih ingin melakukan satu hal. Ya, dia ingin melihat bagaimana rupa wajah kemenangan itu. Dia ingin melihat wajah Jalal yang pasti penuh dengan kemenangan. Dia ingin mengabadikannya selamanya sebagai musuh yang sudah berhasil mengalahkannya dengan telak, tanpa ampun!!!
Comments
6 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

6 komentar: